Alergi Makanan – Bagaimana Mengenali dan Mengatasinya

Alergi Makanan – Bagaimana Mengenali dan Mengatasinya

Bagaimana Alergi Makanan Terjadi?

Alergi makanan adalah salah satu jenis penyakit alergi yang cukup banyak kasusnya. Sebagian penderitanya dapat dengan mudah mengenalinya, namun tak jarang yang kesulitan menemukan makanan apa yang memicu reaksi alergi pada tubuhnya.

Gejala dari alergi makanan juga beragam, sehingga kadang sulit mengenali bahwa gangguan kesehatan tersebut terjadi akibat reaksi alergi makanan.

Agar dapat mendeteksi dan mengatasi keluhan – keluhan yang terjadi akibat reaksi alergi maka kita harus mengenal lebih jauh hal – hal yang terkait dengan alergi. Reaksi alergi sendiri merupakan suatu yang unik.

Alergi sering juga dikatakan sebagai reaksi hipersensitifitas atau reaksi tubuh yang berlebihan terhadap suatu zat. Selanjutnya zat yang dapat memicu munculnya gejala alergi disebut sebagai alergen.

Makna secara bahasa, alergi merupakan gabungan dua kata dalam bahasa Yunani yaitu Allos dan Argon. Allos berarti sesuatu yang lain atau berbeda sedangkan kata Argon bermakna reaksi. Gabungan dua kata ini berarti reaksi yang berbeda atau reaksi yang tidak biasa.

Lebih lengkapnya alergi didefinisikan sebagai reaksi kekebalan tubuh kita yang menyimpang dari normal serta menimbulkan gejala – gejala yang merugikan kita.

Dalam sistem kekebalan kita Imunoglobulin E (IgE) adalah komponen yang memegang peranan penting dalam munculnya reaksi alergi. IgE sendiri menempel pada mast cell yang terdapat pada banyak jaringan di tubuh kita.

Saat alergen masuk ke dalam tubuh kita, ia akan menempel pada IgE yang spesifik terhadap alergen tersebut. Proses ini membuat mast cell akan melepaskan histamin. Substansi histamin inilah yang menghasilkan beragam gejala alergi.

Makanan yang Sering Memicu Reaksi Alergi

Dalam alergi makanan yang menjadi alergen adalah makanan. Dimana seseorang yang memiliki bakat atau riwayat alergi, akan mengalami gejala alergi bila mengkonsumsi jenis makanan tertentu.

Secara teori semua jenis makanan dapat bertindak sebagai alergen atau menimbulkan alergi, namun ada beberapa jenis bahan makanan yang sering atau besar potensinya menimbulkan gejala alergi seperti:

  1. Telur

Telur ayam, bebek, puyuh semua dapat memicu munculnya gejala alergi, terutama bagian putih telurnya.

  1. Susu

Susu sapi dan kambing dapat menimbulkan alergi. Susu adalah pemicu tersering pada kasus alergi makanan pada bayi.

  1. Kacang tanah

Protein yang tinggi pada kacang tanah cukup sering menimbulkan gejala alergi.

  1. Gandum

Gandum adalah bahan baku dari tepung terigu. Reaksi alergi dapat muncul bila kita mengkonsumsi produk olahannya seperti roti atau sereal.

  1. Kacang kedelai

Kasus tersering muncul setelah mengkonsumsi susu kedelai. Namun reaksi alergi juga dapat muncul setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung protein kedelai seperti saus kedelai atau minyak kedelai.

  1. Kacang pohon

Contoh kacang pohon adalah pistasio, kenari, dan kacang mede.

  1. Ikan terutama ikan laut

Ikan tuna, cod, salmon adalah jenis yang sering memicu reaksi alergi.

  1. Seafood

Alergi makanan laut adalah reaksi alergi yang populer di kalangan masyarakat. Kerang, udang, lobster, dan kepiting adalah jenis makanan yang terkenal sebagai pemicu gejala alergi pada anak-anak bahkan sampai usia dewasa.

Faktor Risiko Terjadinya Alergi Makanan

Setelah mengetahui jenis makanan apa saja yang sering memicu timbulnya reaksi alergi, selanjutnya kita perlu memahami apa saja faktor yang meningkatkan risiko terjadinya reaksi alergi.

Apa yang membuat seseorang mengalami alergi makanan sementara orang lain aman-aman saja mengkonsumsi segala macam makanan.

  1. Memiliki riwayat alergi selain alergi makanan

Jika anda memiliki riwayat alergi debu atau punya riwayat asma, risiko anda untuk mengalami alergi makanan lebih tinggi dibandingkan orang lain yang tidak memiliki riwayat alergi apapun.

Pada dasarnya mekanisme alergi untuk berbagai alergen adalah sama, sehingga bila anda memiliki kecenderungan alergi seringkali gejala alergi dapat dipicu oleh lebih dari satu macam alergen

  1. Memiliki keluarga yang punya riwayat alergi

Faktor genetika terbukti memiliki hubungan dengan gangguan alergi.

Bila anggota keluarga dekat anda yaitu orang tua atau saudara kandung anda memiliki riwayat alergi seperti asma, eksim, atau biduran maka potensi anda memiliki alergi terhadap makanan tertentu menjadi lebih besar.

Berikut ini prosentase risiko seorang anak mengalami alergi berdasarkan riwayat alergi pada orang tuanya. Bila ayah dan ibu keduanya memiliki riwayat alergi maka risiko anak berbakat alergi adalah 40-80%. Bila salah satu dari orang tua mengalami alergi maka risikonya 20-40%.

Pada anak yang kedua orang tuanya tidak memiliki riwayat alergi masih bisa mengalami gejala alergi namun risikonya hanya sekitar 5-15%. Bila terdapat saudara kandung yang memiliki riwayat alergi maka risiko seseorang mengalami alergi 20-30%

  1. Faktor usia

Bayi dan balita lebih rentan mengalami gejala alergi makanan dibandingkan kelompok usia yang lain. Hal ini diduga terkait erat dengan masih rendahnya selektifitas penyerapan makanan pada saluran cerna bayi dan balita.

Inilah alasan mengapa gangguan alergi makanan pada anak adalah hal sering membuat orang tua membawa anaknya konsultasi ke dokter. Sebagian besar kasus bayi atau anak yang mengalami alergi makanan akan berangsur menghilang saat beranjak dewasa.

Terdapat juga kasus dimana setelah menghilang, alergi terhadap makanan tertentu dapat kambuh saat dewasa. Hal ini biasanya terjadi pada alergi seafood seperti udang, kepiting, atau lobster.

Namun pada kasus alergi makanan yang parah atau sering kambuh dapat bertahan sampai penderitanya dewasa.

Ciri-Ciri Alergi Makanan

Kita telah mengenal sedikitnya 8 jenis makanan yang paling sering menimbulkan reaksi alergi yaitu telur, susu, kacang tanah, kacang kedelai, kacang pohon (pistasio, kacang mede, dan kenari), gandum, ikan, serta seafood.

Kita juga telah belajar bahwa faktor riwayat alergi baik pada penderita maupun pada keluarga dekat meningkatkan risiko terjadinya alergi makanan. Dan yang paling penting adalah fakta bahwa gangguan alergi makanan sering terjadi pada usia bayi dan balita.

Peran orang tua sangat penting untuk mengantisipasi, mengenali, dan mengambil tindakan yang tepat bila anak mereka mengalami alergi makanan. Berikut ini adalah ciri alergi makanan yang dapat muncul pada seseorang:

  1. Gejala alergi makanan pada kulit

Setelah mengkonsumsi makanan pencetus alergi, dapat timbul keluhan pada kulit seperti:

  1. bintik – bintik berwarna merah yang sekilas mirip seperti bekas gigitan nyamuk
  2. ruam kulit yang terasa gatal (sering juga disebut eksim atau dalam istilah medis disebut sebagai dermatitis atopik)
  3. pembengkakan atau bentol (biduran)

 

  1. Gejala alergi pada saluran pernapasan

Alergi makanan juga dapat menimbulkan keluhan pada saluran pernapasan seperti bersin-bersin, pilek, nyeri tenggorokan, batuk, sesak napas, atau napas berbunyi (mengi/asma).

Bila anak sering atau mudah batuk pilek perlu dievaluasi lebih lanjut apakah keluhan ini merupakan manifestasi dari alergi makanan. Bila bibir dan lidah tampak sangat bengkak hingga anak tampak sulit bernapas segera bawa ke rumah sakit agar dapat ditangani dengan cepat dan tepat.

  1. Gejala alergi pada saluran pencernaan

Pada anak-anak, ada tiga faktor yang memicu reaksi alergi di saluran pencernaan yaitu faktor genetika (keturunan), saluran cerna yang belum matang (imaturitas usus), dan paparan alergen (makanan pemicu alergi). Gejalanya dapat berupa:

  1. Diare yang kambuh – kambuhan atau hilang timbul
  2. Diare yang disertai darah dan lendir (kadang-kadang dianggap sebagai gejala disentri)
  3. Perut kembung dan muntah
  4. Kolik pada bayi dimana bayi rewel dan terus menangis tanpa sebab yang jelas
  5. Anak yang lebih besar dapat mengeluhkan rasa nyeri pada perutnya
  6. Bila gejala alergi cukup berat dan berlangsung dalam waktu lama bisa mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

 

  1. Gejala pada sirkulasi darah

Gejala alergi pada sirkulasi darah umumnya merupakan reaksi alergi yang berat seperti kulit tampak pucat, tangan dan kaki dingin, kesadaran terganggu (pingsan).

Kondisi ini memerlukan penanganan yang cepat dan tepat oleh tenaga medis di fasilitas yang memadai. Segera bawa penderita ke rumah sakit.

Bila gejala – gejala di atas muncul tak lama setelah mengkonsumsi jenis makanan atau minuman tertentu mungkin mudah bagi kita mengenalinya sebagai alergi makanan. Namun kadang-kadang tak semudah itu.

Sebagian reaksi alergi lambat muncul sehingga sulit dipastikan apa jenis alergennya. Hal ini karena perbedaan mekanisme dalam tubuh yang memicu gejala alergi.

Tips Mendeteksi Alergi Makanan Pada Anak

Reaksi alergi dapat muncul karena IgE, non IgE, atau gabungan dari keduanya. Reaksi terkait IgE gejalanya muncul tak lama setelah konsumsi alergen makanan tertentu biasanya berupa ruam atau biduran pada kulit.

Reaksi non IgE biasanya muncul berjam-jam setelah paparan alergen, gejalanya bisa berupa kulit yang kering, pecah-pecah dan gatal. Bila mekanisme alergi melibatkan IgE dan non IgE maka gejala yang tampak adalah kombinasi dari keduanya.

Berikut ini adalah tips mendeteksi alergi makanan.

  1. Deteksi melalui riwayat alergi dalam keluarga

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa faktor genetika erat kaitannya dengan gangguan alergi termasuk alergi terhadap makanan. Pada anak yang orang tuanya tidak pernah mengalami reaksi alergi memiliki risiko terhadap alergi 5-15%.

Risiko ini meningkat jadi 20-40% bila salah satu orang tuanya memiliki riwayat alergi. Bila kedua orang tua mengidap alergi, risikonya bisa 40-80%. Sementara bila ada saudara kandung yang mengidap alergi risikonya sekitar 20-30%.

  1. Deteksi saat janin masih dalam kandungan

Teorinya deteksi dini alergi dapat dilakukan semenjak janin masih dalam rahim ibu. Hal ini  masih terus diteliti secara mendalam oleh para ahli.

Dalam sebuah jurnal yang disampaikan di World Allergy Organization Journal (2009), menerangkan bahwa kontak terhadap zat alergen tertentu pada saat hamil bisa memicu respon imun pada anak yang dikandungnya.

Perubahan gerakan janin dalam rahim  juga diduga mempunyai kaitan dengan risiko timbulnya alergi setelah lahir.

Bila gerakan janin dalam rahim dirasakan sangat meningkat terutama pada malam hingga pagi hari waspadai sebagai pertanda risiko munculnya alergi di kemudian hari.

  1. Deteksi di usia batita

Cermati apakah gejala-gejala alergi sering dialami oleh anak atau tidak. Umumnya keluhan yang dirasakan beragam. Misal napas grok-grok saat bayi, riwayat kolik, atau kulit bayi yang sensitif sehingga sering tampak bintik merah atau bisul di pipi, telinga, atau ruam popok. Anak sering bersin, pilek, dan batuk terutama malam dan pagi hari.

  1. Deteksi dengan pemeriksaan khusus

Bila dengan cara di atas masih sulit untuk mencari penyebab alergi, dokter akan merekomendasikan beberapa pilihan pemeriksaan untuk memastikan apakah seseorang menderita alergi dan apa jenis alergennya.

Silahkan berkonsultasi dengan dokter yang kompeten untuk menentukan tes mana yang akan anda jalani.

  1. Eliminasi Makanan

Tes ini dilakukan dengan cara menghindari suatu jenis makanan yang diduga kuat sebagai alergen dalam jangka waktu 2-6 minggu.

Bila keluhan yang dirasakan reda secara signifikan, kemungkinan besar jenis makanan tersebut adalah pemicu gejala alergi anda.

  1. Tes Tusuk (Skin Prick Test)

Pada tes ini permukaan kulit lengan bawah akan ditetesi aneka ekstrak alergen baik yang dihirup seperti debu, serbuk bunga, tungau maupun alergen berupa bahan makanan yaitu susu, seafood, kacang, dan lain-lain.

Pada bagian kulit yang ditetesi cairan alergen ditusuk atau dicukit dengan jarum khusus agar cairan masuk ke dalam tubuh. Hasil tes ini dapat diketahui secara cepat yaitu sekitar 15-20 menit.

Bila muncul reaksi seperti kemerahan, gatal, atau bengkak maka disimpulkan anda alergi terhadap alergen yang diteteskan

  1. Uji Intradermal

Tes ini prinsipnya mirip dengan SPT namun dengan cara menyuntikkan alergen 0,02-0,03 ml secara intradermal, hingga terbentuk tonjolan sebesar 3 mm. Hasilnya dapat dibaca 15-20 menit setelah penyuntikan.

Hasil dinyatakan positif jika tonjolan ukurannya bertambah 3 mm dari semula atau ada kemerahan di sekitar tonjolan.

  1. Tes darah

Tes ini dapat dijadikan alternatif bila penderita tidak dapat menjalani Skin Prick Test. Harganya lebih mahal namun hasilnya tak berbeda jauh dengan SPT.

Terdapat juga tes darah yang memberi informasi kadar antibodi alergi atau imunoglobulin di dalam darah, jika hasilnya tinggi maka penguat diagnosis alergi.

  1. Uji Tempel Kulit (Patch Test)

Tes ini bertujuan menilai reaksi alergi tipe lambat. Dalam tes ini, tubuh kita ditempel denganjenis alergen tertentu sealam 2-3 hari. Setelah itu dilakukan pengamatan terhadap reaksi yang muncul.

Bagaimana Mencegah Alergi Makanan Pada Anak Kambuh?

Bila telah diketahui jenis makanan yang bertindak sebagai alergen, jenis makanan ini harus dihindari agar gejala alergi tidak kambuh. Pada sebagian kasus, diperlukan pengaturan pola makan dan jenis makanan yang yang dikonsumsi.

Sebagai contoh bayi yang alergi terhadap susu sapi perlu menggantinya misal dengan susu soya (kedelai). Gejala alergi susu dapat muncul saat minum susu murni ataupun mengkonsumsi produk olahan dari susu seperti es krim, keju , atau kue.

Bila sulit untuk dihindari atau alergi masih juga kambuh, anda dapat menggunakan terapi medis. Ingat, hingga saat ini belum berhasil ditemukan obat yang mampu menghilangkan alergi.

Obat alergi yang tersedia adalah obat yang memiliki manfaat meredakan gejala alergi yang muncul. Sudah barang tentu penggunaan obat-obatan harus sesuai dengan petunjuk dokter.

Apalagi penderita alergi makanan sebagian besar adalah bayi dan batita. Perlu diingat anak bukanlah orang dewasa dalam ukuran yang kecil. Sehingga obat yang digunakan harus disesuaikan dengan mekanisme tubuh anak-anak.

Pastikan anda memahami cara pemberian dan dosis dari obat yang diresepkan oleh dokter anda. Simpan obat-obatan di tempat yang aman jauh dari jangkauan anak-anak.

Salah satu obat yang sering disarankan dokter untuk mengatasi gejala alergi adalah obat golongan anti histamin. Obat ini mengatasi gejala dengan cara menekan kerja histamin. Diphenhydramin, Chlorpheneramine, dan Cetirizine adalah contoh obat golongan antihistamin.

Reaksinya cukup cepat namun sebagian jenis obat golongan ini memiliki efek samping sedasi atau membuat ngantuk. Selama mengkonsumsi obat golongan antihistamin jangan mengemudikan kendaraan atau mengoperasikan mesin.

Alergi ini sering merepotkan penderitanya, kenali gejalanya, hindari pemicunya, dan atasi gejala alergi makanan yang anda alami dengan tepat.

Disclaimer:

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. Kami sangat menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Gejala Alergi Pada Anak Beserta Pengaruhnya

Gejala Alergi Pada Anak Beserta Pengaruhnya

Definisi Alergi

Membahas penyakit dan gejala alergi pada anak bukan berarti setiap anak pasti akan terkena penyakit alergi. Namun demikian, para orang tua wajib mengenali faktor-faktor pemicu alergi pada anak.

Para orang tua diharapkan berbekal ilmu secukupnya tentang alergi supaya bisa bersikap waspada serta mengambil langkah-langkah yang benar.

Alergi diketahui semakin terkenal di masyarakat. Bahkan seringkali kalangan umum menamakan gatal-gatal di kulit-bagaimanapun penyebabnya-adalah penyakit alergi.

Faktanya banyak penyebab keluhan gatal-gatal di kulit, bukan oleh sebab alergi saja. Sebaliknya, penyakit alergi tidak hanya sebatas sebagai penyebab gatal-gatal di kulit. Banyak bentuk-bentuk gejala alergi yang lain.

Penyakit alergi menimbulkan gejala yang sering kambuh-kambuhan yang berakibat pada gangguan aktivitas. Umumnya, orang dewasa pun mengeluhkan gejala alergi mereka yang kambuh sehingga aktivitas pun menjadi tertinggal.

Anak-anak pasti akan lebih terganggu dan mengeluh jika orang dewasa saja merasa demikian. Apalagi, seusia mereka belum bisa mengatasi gangguan gejala alergi pada tubuh mereka. Nah, di sini adalah saatnya orang tua berperan besar di dalam mengenali dan mengatasi gejala alergi pada anaknya.

Penyakit alergi yang terjadi pada anak tidak hanya tentang gejala yang dirasakan saja. Namun, gangguan ksehatan apapun pada anak-termasuk penyakit alergi-akan berpengaruh jelek pada pertumbuhan dan perkembangannya.

Merujuk pada hal tersebut maka peran besar orang tua adalah memberikan perhatian dan respon cepat jika anak-anak mengalami gejala-gejala alergi untuk bisa menentukan langkah-langkah yang diperlukan.

Jadi, apakah definisi sebenarnya untuk kata alergi? Umumnya orang-orang memiliki pemahaman bahwa alergi adalah identik dengan gatal-gatal di kulit. Padahal faktanya adalah rasa gatal-gatal di kulit cuma salah satu gejala saja yang muncul.

Jadi, secara teori kesehatan, alergi adalah reaksi imunitas atau kekebalan tubuh kita yang tidak normal alias berlebihan yang menimbulkan akibat berupa gejala-gejala yang merugikan.

Tubuh kita memiliki sistem kekebalan semisal tentara yang berfungsi menyerang zat-zat yang dianggap membahayakan tubuh seperti bakteri dan virus. Pada reaksi alergi, sistem kekebalan tubuh menyerang zat yang faktanya tidak berbahaya seperti misalnya zat protein yang diserang oleh sistem kekebalan tubuh pada anak yang menderita alergi pada susu atau telur sapi.

Faktor yang Mempengaruhi Alergi Pada Anak

Berikut ini adalah faktor yang meningkatkan risiko terjadinya alergi pada anak.

  1. Faktor keturunan

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa faktor genetika erat dengan terjadinya gejala alergi. Bahkan sebagian ahli telah menemukan gen yang dianggap bertanggung jawab terhadap munculnya alergi.

Bila salah satu orang tua punya riwayat alergi maka risiko sang anak mengalami alergi akan meningkat. Risiko lebih tinggi bila riwayat alergi ada dari pihak ibu.

Risiko juga meningkat dengan signifikan bila kedua orang tua memiliki riwayat alergi. Lalu bila orang tua tidak mempunyai riwayat alergi apakah anaknya bebas dari risiko? Ternyata tidak.

Anak yang orang tuanya bebas alergi tetap punya risiko mengalami alergi sebesar 5-15%. Bila riwayat alergi dimiliki oleh salah satu orang tua, risikonya naik menjadi 20-40%. Jika kedua orang tua mempunyai riwayat alergi risikonya bisa melonjak jadi 40-80%.

  1. Proses Kelahiran Bayi

Bayi yang lahir melalui operasi caesar memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami gejala alergi daripada bayi yang lahir normal.

Hal ini diduga ada kaitannya dengan paparan mikro organisme di jalan lahir (vagina) yang bermanfaat meningkatkan kekebalan tubuh bayi.

  1. Pemberian ASI

Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif memiliki risiko terkena gejala alergi lebih kecil daripada bayi yang mengkonsumsi susu formula.

Manfaat ASI tak terbantahkan lagi. Selain unggul dalam nutrisi, mempererat hubungan ibu dan bayi, mengandung komponen kekebalan tubuh bagi bayi, serta memperkecil risiko terjadinya alergi.

Ciri-Ciri Alergi Pada Anak

Bila anak anda memiliki faktor risiko di atas, waspadai kemungkinan anak rentan mengalami gejala alergi. Kenali apa saja gejala yang dapat muncul akibat reaksi alergi.

Ingat gejalanya tak cuma sebatas alergi kulit. Beragam gejala dapat muncul, sehingga kadang orang tua tak mengira bahwa keluhan yang diderita anaknya ternyata bersumber dari alergi.

Berikut ini adalah gejala atau ciri-ciri alergi yang dapat muncul pada anak:

  1. Gejala alergi pada kulit

Gejala yang nampak juga beragam dan umumnya terkait dengan zat yang memicu reaksi alergi (alergen)nya.

Beberapa bentuk yang dapat anda jumpai adalah eksim atopik, dermatitis kontak alergik, dan urtikaria.

  • Eksim Atopik

Eksim atopik biasa disebut juga dengan nama dermatitis atopik yaitu keluhan ruam pada kulit yang dialami anak dengan riwayat alergi pada anggota keluarganya.

Pemicu tersering dari dermtitis atopik adalah jenis makanan tertentu dan tungau debu rumah.

Ada perbedaan tampilan pada kulit sesuai dengan usia anak. Pada anak yang berusia < 2 tahun ruam umumnya muncul di daerah kepala, wajah, dan dahi.

Bentuk lesi berupa bintil berwarna kemerahan, disertai lepuh halus dan basah, dan seringkali tampak keropeng. Sementara pada anak dengan usia > 2 tahun, tampilan lesi umumnya lebih kering, terdapat bintil-bintil, penebalan kulit, dan tampak seperti bersisik.

Lokasi lesi biasanya ada di lipat siku, lipat lutut, pergelangan tangan, juga leher namun jarang muncul di area wajah.

  • Dermatitis Kontak Alergik

Sama tepat dengan namanya, sesuai dengan namanya, keluhan ini terjadi setelah kulit kontak dengan suatu bahan tertentu.

Gejala yang tampak umumnya bercak kemerahan yang berbatas tegas, lalu muncul bengkak dan bintil-bintil, serta lepuh.

Pada kasus yang terjadi dalam waktu lama (menahun) kulit tampak kering, menebal, bersisik, terdapat bintil-bintil, atau terlihat seperti retakan pada kulit.

Gejala ini muncul di area yang kontak dengan alergen dan dapat meluas ke area sekitarnya.

Berikut ini contoh area dan alergen pemicunya:

  • Tangan : sabun cuci tangan, debu
  • Telinga : anting-anting
  • Leher : kalung
  • Tubuh : sabun, lotion, bedak, detergen, tekstil, bahan pewangi atau pelembut pakaian
  • Kaki : kaos kaki nilon, bahan pembersih lantai, sepatu, sandal

 

  • Urtikaria

Tampilan urtikaria atau yang lebih terkenal dengan istilah biduran adalah bengkak dan kemerahan yang disertai rasa gatal pada kulit. Bila dipegang kulit juga terasa hangat. Pemicu urtikaria adalah udara atau suhu yang dingin, makanan, debu, ataupun obat.

  1. Gejala alergi pada saluran napas

Cukup banyak keluhan pada saluran pernapasan yang dapat muncul karena reaksi alergi. Pada hidung gejalanya hidung tersumbat sehingga anak napas lewat mulut, sering bersin-bersin, atau pilek.

Batuk berulang juga perlu diwaspadai sebagai reaksi alergi. Sesak napas, asma, napas berbunyi  (mengi) juga dapat timbul karena alergi.

  1. Gejala alergi pada saluran pencernaan

Orang tua banyak yang tak mengira bahwa gejala pada saluran pencernaan dapat pula merupakan reaksi alergi. Keluhan kembung, nyeri perut, mual, muntah, diare berulang, atau justru sembelit dapat terjadi akibat alergi.

Diare yang disertai darah juga dapat timbul karena alergi. Gejala BAB berdarah sering disalahartikan sebagai penyakit disentri.

  1. Reaksi Anafilaksis

Anafilaksis adalah reaksi alergi yang paling ditakuti. Karena gejalanya berat dan muncul dalam waktu yang cepat setelah terpapar alergen.

Penanganan yang cepat dan tepat oleh tenaga medis di tempat yang fasilitasnya memadai sangat penting karena gejala ini dapat mengancam nyawa.

Sebagai orang tua yang paling penting adalah mengenali gejalanya dan waspada terutama bila anaknya tergolong berisiko tinggi terhadap alergi.

Berikut ini adalah gejala yang harus anda waspadai:

  1. Gatal-gatal atau kemerahan di seluruh tubuh
  2. Napas sesak atau napas yang berbunyi
  3. Bibir dan wajah tampak bengkak
  4. Bibir berwarna kebiruan disertai napas yang cepat
  5. Suara tiba-tiba serak atau menghilang secara mendadak
  6. Muntah atau diare yang terus menerus
  7. Tangan dan kaki dingin
  8. Penurunan kesadaran (pingsan)

Reaksi anafilaksis dapat terjadi akibat berbagai alergen seperti debu, hewan peliharaan, makanan, atau obat. Bila gejala ini tampak pada anak anda, segera ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan yang tepat.

Pemicu Alergi Pada Anak

Setelah mengetahui gejala apa saja yang bisa timbul akibat alergi, selanjutnya kita perlu mengenali apa saja yang sering memicu alergi pada anak-anak.

Zat yang memicu alergi tidak harus sama dengan zat yang menimbulkan alergi pada orang tuanya. Yang menurun dari orang tua adalah kecenderungan alerginya bukan jenis alergennya.

Mari kita perhatikan apa saja yang dapat menimbulkan alergi pada anak:

  1. Makanan

Ini merupakan jenis alergen yang paling sering memicu alergi. Dari penelitian komponen yang memicu alergi makanan adalah protein.

Sehingga tak heran bila jenis makanan yang sering membuat alergi adalah makanan atau minuman yang berprotein tinggi.

Ini adalah daftar makanan yang dapat memicu alergi

  1. Susu Sapi termasuk produk olahannya seperti yoghurt dan keju
  2. Kacang termasuk di dalamnya kacang kedelai, kacang tanah, dan kacang pohon seperti kacang mede, pistasio, dan kacang kenari.
  3. Gandum
  4. Telur terutama bagian putih telur yang kaya akan protein
  5. Ikan laut seperti tuna, cod, atau salmon. Jenis ikan laut lainnya juga dapat memicu alergi.
  6. Cokelat
  7. Seafood seperti udang, kerang, kepiting, atau lobster.
  8. Daging ayam
  9. Tomat

Jika anak anda tergolong tinggi risiko alerginya, pada saat memberikan MP ASI perlu perhatian khusus. Dianjurkan memberikan 1 jenis makanan setiap kali makan, sehingga bila muncul reaksi alergi akan lebih mudah untuk diketahui pemicunya.

Bila telah diketahui jenis makanan yang memicu alergi sebaiknya dihindari dan dicarikan jenis makanan pengganti agar anak tetap memperoleh zat gizi yang cukup.

Alergi susu sapi pada bayi dapat disiasati dengan memberikan susu kedelai (soya) atau susu yang terhidrolisa baik yang terhidrolisa sebagian atau sempurna.

  1. Debu, tungau, serbuk sari, dan jamur

Ini adalah kelompok alergen yang bersumber dari lingkungan sekitar anak. Alergen ini terhirup saat bernapas dan menimbulkan reaksi alergi.

Gejala yang sering timbul karena alergi debu adalah pada saluran pernapasan dan kulit. Komponen lain yang juga dapat menimbulkan reaksi alergi adalah bulu hewan peliharaan, parfum, dan asap rokok.

  1. Dingin

Pemicu alergi dingin adalah suhu yang dingin, cuaca yang berangin dan lembab, ataupun makanan dan minuman yang dingin. Alergi cuaca sering kambuh karena pemicunya sulit dihindari.

Gejala yang muncul adalah urtikaria atau pembengkakan pada area rongga mulut bila pemicunya adalah makanan/minuman dingin.

  1. Obat

Seperti alergen yang lain, biasanya reaksi alergi muncul tidak pada saat pertama anak diberikan obat tertentu. Bisa jadi awalnya tidak timbul masalah tapi pada pemberian obat yang kesekian muncul reaksi alergi.

Idealnya segera kembali ke dokter yang memberikan terapi untuk ditelusuri jenis obat yang memicu alergi dan diberikan obat jenis lain yang fungsinya sama.

Kenali obat yang memicu alergi, dan sampaikan kepada dokter pada saat anak berobat, agar dokter tidak meresepkan jenis obat tersebut.

Alergi antibiotik termasuk yang sering terjadi.

Dampak Buruk Alergi Pada Anak

Cukup banyak ternyata gejala dan sumber alergi pada anak. Orang tua harus dapat mengenali gejala-gejala ini.

Konsultasikan dengan dokter untuk memastikan diagnosanya. Bilamana perlu dokter juga dapat merekomendasikan pemeriksaan khusus untuk memastikan diagnosa alergi pada anak anda.

Berikan terapi sesuai petunjuk dokter dan lakukan upaya-upaya untuk mencegah alergi anak anda kambuh. Selain itu orang tua juga perlu mengetahui dampak alergi pada anak sehingga dapat mengantisipasi dengan tepat.

Dampak alergi pada anak dapat berupa:

  1. Asupan nutrisi terganggu

Ini terjadi pada kasus alergi makanan. Anak dengan alergi susu sapi biasanya kurang Vit D.

Ganti susu dengan susu kedelai atau susu formula khusus sesuai rekomendasi dokter.

Anda juga dapat memberikan daging sapi, daging unggas, ikan, atau sereal yang dilengkapi dengan pro Vit D. Telur mengandung vitamin A, D, E, B12, zat besi, asam folat, dan kaya protein.

Bila anak alergi telur dapat diganti dengan daging sapi/kambing/unggas, susu, kacang-kacangan, dan sayuran hijau.

  1. Pertumbuhan dan perkembangan terganggu

Hal ini terjadi terutama pada bayi. Bila bayi sering mengalami gangguan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangannya rentan terganggu.

Gangguan pertumbuhan juga dapat terjadi pada anak dengan keluhan muntah atau diare yang berulang. Konsultasikan dengan dokter yang kompeten agar gejala alergi dapat teratasi dengan baik dan tidak sering kambuh.

  1. Kualitas hidup terganggu

Gejala alergi dapat mengganggu di saat anak seharusnya beristirahat/tidur. Keluhan gatal, hidung tersumbat, pilek dan batuk membuat anak tidak dapat tidur nyenyak, sering terbangun, atau gelisah saat tidur.

Hal ini dapat membuat anak lesu, mudah lelah, atau sulit konsentrasi pada pelajaran di sekolah. Bila gejala alergi cukup berat, terkadang anak terpaksa harus absen dari sekolah.

  1. Dampak psikologis

Pada anak usia sekolah, gejala alergi dapat mengganggu anak secara psikologis misal merasa malu karena gejala alergi pada kulitnya, anak tidak dapat beraktifitas secara normal dengan teman-temannya karena sibuk menggaruk bagian tubuh yang gatal.

Hidung yang sering tersumbat dan pilek atau batuk yang berulang bisa mengganggu konsentrasi belajar anak usia sekolah.

Sebagian anak yang alergi makanan bisa menunjukkan reaksi kecemasan karena tidak dapat bebas mengkonsumsi makanan seperti teman-temannya.

Hal ini terutama terjadi pada anak-anak yang alergi terhadap beberapa (lebih dari dua) jenis makanan.

Mengatasi masalah alergi pada anak harus menyeluruh. Tak hanya mengatasi gejalanya dengan minum obat, namun harus cermat mengamati apa saja faktor pemicunya.

Menjaga anak dari paparan alergennya akan mencegah kekambuhan dan meningkatkan kualitas hidup anak.

Waspadai dampak fisik dan psikis anak akibat gangguan alergi yang dideritanya.

Bilamana perlu konsultasikan dengan ahlinya agar masalah fisik dan psikis anak dapat diterapi dengan baik.

Dengan penanganan yang tepat anak anda akan dapat tumbuh, berkembang, dan ceria sekalipun memiliki bakat alergi.

Disclaimer:

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. Kami sangat menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.