Gejala Alergi Susu Sapi – Waspadai Gejala Reaksi Cepat!

Alergi Susu Sapi – Apa Gejalanya dan Bagaimana Mengatasinya

Bagaimana Alergi Susu Sapi Dapat Terjadi?

Alergi susu sapi tidak jarang muncul pada bayi dan anak-anak sehingga seringkali membuat para orang tua menjadi cemas menghadapinya. Hal tersebut karena kebanyakan orang tua menjadikan susu sebagai nutrisi pokok untuk bayi mereka.

Orang tua akan sangat khawatir bila bayi atau anaknya yang masih kecil harus mengalami beragam keluhan akibat alergi.

Terkait kasus alergi susu sapi pada bayi, selain mengkhawatirkan gejala yang muncul, mereka juga harus membuat perencanaan diet bagi anaknya agar kebutuhan nutrisinya tetap terpenuhi walaupun tidak bisa mengkonsumsi susu sapi.

Banyak pertanyaan yang muncul bila kita membahas tentang keluhan alergi. Apa sebenarnya yang terjadi di dalam tubuh saat alergi menyerang? Mengapa ada orang yang alergi terhadap bahan makanan tertentu, sementara yang lain tidak? Bagaimana caranya agar alergi tidak kambuh – kambuhan? Apa obat alergi yang paling ampuh?

Untuk dapat menjawabnya kita perlu pengetahuan yang lengkap tentang alergi.

Kata alergi memang telah akrab di telinga kita, namun tak semua tahu definisi sebenarnya dari alergi. Kata alergi diambil dari bahasa Yunani. Merupakan gabungan dari dua kata yaitu Allos yang artinya lain atau sesuatu yang berbeda, dan Argon yang bermakna reaksi.

Arti singkat dari alergi adalah reaksi yang lain atau tak biasa. Definisi lebih detail tentang alergi adalah reaksi kekebalan tubuh seseorang yang menyimpang/berubah dari biasanya dan menimbulkan gejala yang merugikan.

Sistem kekebalan tubuh kita ibarat balatentara yang bertugas menjaga kita dari hal-hal yang dapat membahayakan tubuh seperti virus atau bakteri. Bila ada virus atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh, maka pasukan khusus dalam sistem kekebalan tubuh kita akan melawannya.

Dalam proses alergi, yang dianggap musuh sebenarnya bukan substansi yang berbahaya. Namun oleh sistem kekebalan tubuh yang telah berubah atau menyimpang zat tersebut dianggap berbahaya.

Zat yang memicu terjadinya gejala alergi disebut sebagai alergen. Pada alergi terhadap susu sapi yang bertindak sebagai alergen adalah protein yang terkandung dalam susu sapi.

Protein yang semestinya adalah nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh dianggap sebagai sustansi yang berbahaya. Akibatnya seseorang yang menderita alergi susu sapi akan mengalami berbagai keluhan atau gejala bila mengkonsumsi susu sapi.

Gejala tidak hanya dapat muncul saat minum susu sapi, namun juga bila mengkonsumsi produk olahan dari susu sapi seperti permen nougat, cokelat batangan atau cair, mentega, puding, es krim, yoghurt, dan keju.

Komponen dalam sistem kekebalan tubuh kita yang berperan memicu reaksi alergi adalah Imunoglobulin E (IgE). Imunoglobulin E ada pada mast cell yang ada di banyak jaringan tubuh.

Saat ada alergen masuk ke dalam tubuh, ia akan menempel pada IgE yang spesifik. IgE yang spesifik untuk susu sapi belum ada saat bayi pertama kali minum susu sapi.

Setelah beberapa kali mengkonsumsi susu sapi secara berkala maka IgE yang spesifik untuk susu sapi mulai terbentuk.

Klasifikasi Gejala Klinis Alergi Susu Sapi

Pada tahap ini susu sapi menjelma menjadi alergen bagi tubuh. Bersatunya alergen dengan IgM yang spesifik ini selanjutnya akan membuat mast cell melepaskan histamin. Akibatnya akan muncul beragam gejala alergi akibat aksi dari histamin di dalam tubuh.

Secara klinis gejala alergi dapat dibagi 3 berdasarkan kecepatan munculnya reaksi setelah terjadi paparan alergen:

  1. Reaksi Cepat

Gejala alergi susu sapi dikatagorikan sebagai reaksi cepat bila muncul 45 menit setelah mengkonsumsi susu sapi. Gejala yang dapat terlihat antara lain:

  1. Bintik – bintik merah pada kulit yang disertai rasa gatal, bayi tampak rewel atau berusaha menggaruk area dimana muncul bintik merah.
  2. Keluhan pada saluran napas seperti bersin – bersin, hidung tampak merah dan gatal, atau napas yang berbunyi.
  3. Keluhan merah dan gatal pada mata.

 

  1. Reaksi Sedang

Alergi susu dikatakan reaksi sedang bila gejala dirasakan dalam rentang waktu 45 menit sampai 20 jam setelah minum susu sapi. Gejala reaksi sedang bisa berupa muntah atau diare.

 

  1. Reaksi Lambat

Bila gejalanya baru tampak lebih dari 20 jam setelah minum susu digolongkan dalam reaksi lambat. Umumnya bayi atau anak mengalami diare atau justru konstipasi (sulit BAB) atau bisa juga muncul dermatitis atau eksim.

Gejala dan Ciri-Ciri Alergi Susu Sapi

Reaksi sedang atau lambat, seringkali membuat orang tua tidak menyadari bahwa gejala yang dialami anaknya bersumber dari alergi terhadap susu sapi yang dikonsumsinya.

Untuk itu para orang tua selayaknya harus memahami serba serbi alergi. Mengetahui apa saja gejala yang dapat timbul akibat reaksi alergi dan mewaspadai gejala alergi yang berat dimana anak harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan yang cepat dan tepat.

Gejala yang muncul bisa jadi berbeda pada masing-masing anak. Berikut ini adalah gejala yang dapat muncul pada anak yang menderita alergi susu sapi.

  1. Gejala yang muncul dalam hitungan menit setelah mengkonsumsi susu sapi adalah
  2. Rasa gatal atau rasa seperti disengat di sekitar mulut dan bibir
  3. Bengkak pada bibir, lidah, atau amandel
  4. Batuk
  5. Muntah
  6. Napas yang disertai bunyi (biasa disebut mengi/bengek)
  7. Sesak napas

 

  1. Gejala yang muncul dalam hitungan beberapa jam setelah mengkonsumsi susu sapi adalah
  2. Ruam pada kulit
  3. Muntah
  4. Diare

 

  1. Gejala yang baru muncul keesokan harinya adalah
  2. Ruam dan gatal di sekitar mulut
  3. Eksim
  4. Diare, kadang disertai darah sehingga sering disalah artikan sebagai disentri
  5. Kram perut
  6. Kolik pada bayi (bayi rewel dan menangis tanpa henti tanpa sebab yang jelas)

 

  1. Reaksi Anafilaksis

Merupakan gejala alergi yang ditakuti karena bila tidak segera memperoleh penanganan yang tepat dapat mengancam nyawa. Reaksi anafilaksis menyebabkan penyempitan pada saluran pernapasan sehingga anak sulit bernapas.

Waspadai bila setelah minum susu, wajah anak memerah dan mengeluh gatal pada sekujur tubuh, napas sesak, dan kesadaran turun atau pingsan. Segera bawa anak anda untuk segera ditangani dengan cepat di IGD rumah sakit.

Faktor Risiko Terjadinya Alergi Susu Sapi

Selanjutnya orang tua juga perlu mengetahui faktor apa yang membuat seorang anak sensitif terhadap protein dari susu sapi. Ini penting agar orang tua dapat memprediksi risiko alergi susu sapi pada anaknya.

Berikut ini faktor yang berperan membuat seorang anak memiliki sifat alergi termasuk pada susu sapi.

  1. Riwayat alergi pada anggota keluarga.

Seorang anak dengan anggota keluarga penderita alergi memiliki kans lebih besar untuk mengalami gejala alergi dari pada anak yang tidak memiliki riwayat alergi pada anggota keluarganya.

Makin banyak anggota keluarga yang berbakat alergi risikonya juga makin besar. Misal anak dengan riwayat alergi pada kedua orang tuanya memiliki risiko alergi  40-80% sementara anak dengan riwayat alergi hanya pada salah satu orang tuanya risikonya lebih rendah yaitu sekitar 20-40%.

  1. Riwayat dermatitis atopik

Anak yang kulitnya gampang merah dan menderita eksim yang kronis pada beberapa bagian tubuhnya umumnya berisiko lebih tinggi untuk mengalami gejala alergi terhadap beragam alergen.

Lokasi eksim yang khas untuk kasus alergi pada anak adalah di area lipatan kulit seperti siku dan lutut, pipi, dahi, punggung kaki dan leher.

Bila gejala ini ada pada anak anda waspadai kemungkinan ia mengalami alergi saat minum susu sapi atau makan produk olahan dari susu sapi.

  1. Riwayat alergi terhadap hal lain selain susu sapi

Anak yang memiliki riwayat asma atau alergi terhadap debu dan dingin, berpotensi lebih besar untuk mengalami gejala alergi terhadap susu sapi daripada anak yang tak memiliki riwayat alergi.

Pada dasarnya mekanisme terjadinya alergi dalam tubuh sama untuk berbagai jenis alergen. Sehingga anak yang menunjukkan gejala alergi terhadap suatu jenis alergen kemungkinan besar juga sensitif terhadap jenis alergen yang lain.

  1. Faktor usia

Alergi terhadap susu sapi lebih sering terjadi saat bayi dan anak-anak. Jarang terjadi pada orang dewasa.

Sebuah studi mengemukakan bahwa 80% alergi susu sapi dijumpai pada usia <16 tahun. Hal ini dikaitkan dengan belum sempurnanya sistem pencernaan pada bayi dan anak-anak.

Seiring bertambahnya usia, gejala alergi terhadap susu sapi berangsur membaik bahkan hilang.

Lalu apakah ini berarti alergi susu sapi bisa sembuh? Sebenarnya kata sembuh tidak tepat untuk kasus alergi karena gangguan ini didasari oleh sifat atopi (berbakat alergi) yang dibawa oleh seseorang seumur hidupnya.

Namun dari hasil pengamatan ternyata sebagian anak alergi makanan tertentu saat dewasa tidak lagi menunjukkan gejala alergi.

Dijelaskan dalam Bishop JM, Hill DJ, Hosking CS (1990) Natural history of cow milk allergy: clinical outcome J Pediatr116(6):862-7 alergi susu sapi pada bayi bisa hilang pada usia 2 tahun sekitar 28%, di usia 4 tahun 56%, dan 78% anak di usia 6 tahun sudah tak memperlihatkan gejala alergi susu sapi lagi.

Bagaimana Memastikan Alergi Susu Sapi Pada Bayi?

Bagaimana cara yang akurat mengetahui seseorang memiliki alergi susu sapi?

Berikut ini adalah cara untuk memastikan bayi atau anak anda alergi terhadap susu sapi dan produk olahannya.

  1. Data riwayat alergi

Perlu data yang akurat mengenai riwayat alergi pada anggota keluarga seperti kakek/nenek, orang tua dan saudara kandung. Bila ada riwayat alergi pada keluarga dekat, maka kuat dugaan gejala yang dialami seseorang merupakan manifestasi alergi.

Riwayat alergi selain susu sapi pada yang bersangkutan. Bila seorang anak sebelumnya juga menunjukkan reaksi alergi terhadap paparan debu, dingin, ataupun makanan jenis lain, risikonya memiliki sifat alergi terhadap susu juga meningkat.

Selain menanyakan keluhan apa saja yang pernah dialami, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memastikan apakah gejala tersebut mengarah pada alergi atau bukan, terutama gejala yang tampak pada kulit.

  1. Data makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi

Dokter bisa membantu menyusun data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait makanan dan minuman yang dikonsumsi.

Bila disimpulkan adanya kemungkinan susu sapi sebagai alergen, dokter mungkin akan menyarankan uji eliminasi makanan yaitu tidak mengkonsumsi susu sapi dan produk olahannya selama 2-6 minggu untuk melihat reaksi tubuh.

Bila gejala yang muncul hilang setelah menghindari konsumsi susu, kuat dugaan ini adalah gejala alergi susu sapi.

  1. Tes alergi

Pemeriksaan darah terkait alergi diantaranya tes jumlah IgE dalam darah, bila nilainya melebihi angka normal, menunjukkan seseorang memang berbakat alergi.

Dokter juga mungkin akan menganjurkan tes kulit dimana pada kulit penderita ditusuk dengan alat khusus agar cairan yang mengandung protein susu dapat masuk ke dalam kulit.

Bila dalam pengamatan muncul benjolan yang kemerahan dan terasa gatal di area tersebut, maka disimpulkan yang bersangkutan memang alergi terhadap susu sapi.

Cara Mengatasi Alergi Susu Sapi Pada Bayi

Bila telah ditegakkan diagnosa alergi susu sapi maka perlu penanganan yang tepat agar gejalanya tidak kambuh lagi.

Sayangnya sampai saat ini belum ada satu obat medispun yang diklaim dapat menghilangkan alergi. Dokter dapat memberikan obat untuk mengatasi keluhan yang muncul, namun bila pasien kembali mengkonsumsi susu sapi dan produk olahannya maka keluhannya akan kambuh lagi.

Berikut ini adalah upaya yang dapat kita lakukan agar gejala alergi tidak kambuh.

  1. Memberikan ASI Eksklusif

Memberikan ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan selain memenuhi kebutuhan nutrisi juga mencegah bayi mengalami gejala alergi pada susu sapi.

  1. Menghindari Pemberian Susu Sapi

Bila tidak ada protein susu sapi yang masuk ke dalam tubuh maka otomatis gejala alergi tidak akan kambuh. Namun seringkali ini sulit dilakukan dengan sempurna karena susu dan produk olahannya terdapat dalam banyak makanan.

Cara mengatasi alergi susu sapi pada bayi yang tidak memperoleh ASI, yaitu dengan mencari alternatif pengganti susu sapi seperti susu yang protein sapinya telah dihirolisa protein dipecahkan ke dalam partikel kecil sehingga kecil kemungkinannya untuk memicu alergi, sehingga hipoalergenik (rendah potensi alerginya) atau susu kedelai.

Alergi Susu Sapi vs Intoleransi Laktosa

Berbicara mengenai alergi terhadap susu sapi, kita harus membedakannya dengan intoleransi laktosa. Keduanya disebabkan oleh susu sapi namun berbeda mekanismenya.

Alergi susu sebagaimana telah dijabarkan di atas terkait mekanisme kekebalan tubuh yang abnormal dimana tubuh menganggap protein yang ada dalam susu sebagai substansi yang berbahaya.

Sementara intoleransi laktosa terkait dengan ketidakmampuan sistem pencernaan dalam mencerna komponen laktosa dalam susu.

Gejala alergi bisa meliputi banyak organ seperti kulit (seperti pada alergi dingin), saluran pernapasan, saluran pencernaan, atau mata. Sementara pada intoleransi laktosa, keluhan yang muncul hanya di sistem pencernaan yaitu nyeri perut, kembung, atau diare.

Bila gejala yang muncul hanya melibatkan saluran cerna dan tidak riwayat alergi lain pada keluarga, maka diagnosanya lebih condong kepada intoleransi laktosa.

Pada anak dengan gejala alergi, menghindari susu dan produk olahannya penting untuk mencegah kambuhnya gejala. Namun pada kasus intoleransi laktosa, tidak dianjurkan untuk menghentikan konsumsi susu.

Penderita intoleransi laktosa disarankan untuk minum susu dalam jumlah yang sedikit untuk mengontrol jumlah laktosa yang harus dicerna tubuh.

Bila pada alergi susu, produk olahan seperti susu atau yoghurt juga memicu gejala, tidak demikian halnya pada intoleransi laktosa.

Produk olahan susu seperti keju atau yoghurt mengandung laktosa lebih sedikit dibanding susu sapi karena telah mengalami proses fermentasi.

Pengetahuan tentang alergi terhadap susu perlu dipahami oleh para orang tua ataupun calon orang tua yang memiliki riwayat alergi. Bila muncul keluhan pada bayi atau anaknya mereka perlu memikirkan kemungkinan faktor alergi sebagai pemicunya.

Gejala yang ada bisa reda dengan obat-obatan namun bila alergennya tidak dihindari maka keluhannya akan hilang timbul dan berpotensi mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan informasi yang tepat, kita dapat mengatasi gejala alergi susu sapi.

Disclaimer:

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. Kami sangat menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Gejala Alergi Pada Anak Beserta Pengaruhnya

Gejala Alergi Pada Anak Beserta Pengaruhnya

Definisi Alergi

Membahas penyakit dan gejala alergi pada anak bukan berarti setiap anak pasti akan terkena penyakit alergi. Namun demikian, para orang tua wajib mengenali faktor-faktor pemicu alergi pada anak.

Para orang tua diharapkan berbekal ilmu secukupnya tentang alergi supaya bisa bersikap waspada serta mengambil langkah-langkah yang benar.

Alergi diketahui semakin terkenal di masyarakat. Bahkan seringkali kalangan umum menamakan gatal-gatal di kulit-bagaimanapun penyebabnya-adalah penyakit alergi.

Faktanya banyak penyebab keluhan gatal-gatal di kulit, bukan oleh sebab alergi saja. Sebaliknya, penyakit alergi tidak hanya sebatas sebagai penyebab gatal-gatal di kulit. Banyak bentuk-bentuk gejala alergi yang lain.

Penyakit alergi menimbulkan gejala yang sering kambuh-kambuhan yang berakibat pada gangguan aktivitas. Umumnya, orang dewasa pun mengeluhkan gejala alergi mereka yang kambuh sehingga aktivitas pun menjadi tertinggal.

Anak-anak pasti akan lebih terganggu dan mengeluh jika orang dewasa saja merasa demikian. Apalagi, seusia mereka belum bisa mengatasi gangguan gejala alergi pada tubuh mereka. Nah, di sini adalah saatnya orang tua berperan besar di dalam mengenali dan mengatasi gejala alergi pada anaknya.

Penyakit alergi yang terjadi pada anak tidak hanya tentang gejala yang dirasakan saja. Namun, gangguan ksehatan apapun pada anak-termasuk penyakit alergi-akan berpengaruh jelek pada pertumbuhan dan perkembangannya.

Merujuk pada hal tersebut maka peran besar orang tua adalah memberikan perhatian dan respon cepat jika anak-anak mengalami gejala-gejala alergi untuk bisa menentukan langkah-langkah yang diperlukan.

Jadi, apakah definisi sebenarnya untuk kata alergi? Umumnya orang-orang memiliki pemahaman bahwa alergi adalah identik dengan gatal-gatal di kulit. Padahal faktanya adalah rasa gatal-gatal di kulit cuma salah satu gejala saja yang muncul.

Jadi, secara teori kesehatan, alergi adalah reaksi imunitas atau kekebalan tubuh kita yang tidak normal alias berlebihan yang menimbulkan akibat berupa gejala-gejala yang merugikan.

Tubuh kita memiliki sistem kekebalan semisal tentara yang berfungsi menyerang zat-zat yang dianggap membahayakan tubuh seperti bakteri dan virus. Pada reaksi alergi, sistem kekebalan tubuh menyerang zat yang faktanya tidak berbahaya seperti misalnya zat protein yang diserang oleh sistem kekebalan tubuh pada anak yang menderita alergi pada susu atau telur sapi.

Faktor yang Mempengaruhi Alergi Pada Anak

Berikut ini adalah faktor yang meningkatkan risiko terjadinya alergi pada anak.

  1. Faktor keturunan

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa faktor genetika erat dengan terjadinya gejala alergi. Bahkan sebagian ahli telah menemukan gen yang dianggap bertanggung jawab terhadap munculnya alergi.

Bila salah satu orang tua punya riwayat alergi maka risiko sang anak mengalami alergi akan meningkat. Risiko lebih tinggi bila riwayat alergi ada dari pihak ibu.

Risiko juga meningkat dengan signifikan bila kedua orang tua memiliki riwayat alergi. Lalu bila orang tua tidak mempunyai riwayat alergi apakah anaknya bebas dari risiko? Ternyata tidak.

Anak yang orang tuanya bebas alergi tetap punya risiko mengalami alergi sebesar 5-15%. Bila riwayat alergi dimiliki oleh salah satu orang tua, risikonya naik menjadi 20-40%. Jika kedua orang tua mempunyai riwayat alergi risikonya bisa melonjak jadi 40-80%.

  1. Proses Kelahiran Bayi

Bayi yang lahir melalui operasi caesar memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami gejala alergi daripada bayi yang lahir normal.

Hal ini diduga ada kaitannya dengan paparan mikro organisme di jalan lahir (vagina) yang bermanfaat meningkatkan kekebalan tubuh bayi.

  1. Pemberian ASI

Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif memiliki risiko terkena gejala alergi lebih kecil daripada bayi yang mengkonsumsi susu formula.

Manfaat ASI tak terbantahkan lagi. Selain unggul dalam nutrisi, mempererat hubungan ibu dan bayi, mengandung komponen kekebalan tubuh bagi bayi, serta memperkecil risiko terjadinya alergi.

Ciri-Ciri Alergi Pada Anak

Bila anak anda memiliki faktor risiko di atas, waspadai kemungkinan anak rentan mengalami gejala alergi. Kenali apa saja gejala yang dapat muncul akibat reaksi alergi.

Ingat gejalanya tak cuma sebatas alergi kulit. Beragam gejala dapat muncul, sehingga kadang orang tua tak mengira bahwa keluhan yang diderita anaknya ternyata bersumber dari alergi.

Berikut ini adalah gejala atau ciri-ciri alergi yang dapat muncul pada anak:

  1. Gejala alergi pada kulit

Gejala yang nampak juga beragam dan umumnya terkait dengan zat yang memicu reaksi alergi (alergen)nya.

Beberapa bentuk yang dapat anda jumpai adalah eksim atopik, dermatitis kontak alergik, dan urtikaria.

  • Eksim Atopik

Eksim atopik biasa disebut juga dengan nama dermatitis atopik yaitu keluhan ruam pada kulit yang dialami anak dengan riwayat alergi pada anggota keluarganya.

Pemicu tersering dari dermtitis atopik adalah jenis makanan tertentu dan tungau debu rumah.

Ada perbedaan tampilan pada kulit sesuai dengan usia anak. Pada anak yang berusia < 2 tahun ruam umumnya muncul di daerah kepala, wajah, dan dahi.

Bentuk lesi berupa bintil berwarna kemerahan, disertai lepuh halus dan basah, dan seringkali tampak keropeng. Sementara pada anak dengan usia > 2 tahun, tampilan lesi umumnya lebih kering, terdapat bintil-bintil, penebalan kulit, dan tampak seperti bersisik.

Lokasi lesi biasanya ada di lipat siku, lipat lutut, pergelangan tangan, juga leher namun jarang muncul di area wajah.

  • Dermatitis Kontak Alergik

Sama tepat dengan namanya, sesuai dengan namanya, keluhan ini terjadi setelah kulit kontak dengan suatu bahan tertentu.

Gejala yang tampak umumnya bercak kemerahan yang berbatas tegas, lalu muncul bengkak dan bintil-bintil, serta lepuh.

Pada kasus yang terjadi dalam waktu lama (menahun) kulit tampak kering, menebal, bersisik, terdapat bintil-bintil, atau terlihat seperti retakan pada kulit.

Gejala ini muncul di area yang kontak dengan alergen dan dapat meluas ke area sekitarnya.

Berikut ini contoh area dan alergen pemicunya:

  • Tangan : sabun cuci tangan, debu
  • Telinga : anting-anting
  • Leher : kalung
  • Tubuh : sabun, lotion, bedak, detergen, tekstil, bahan pewangi atau pelembut pakaian
  • Kaki : kaos kaki nilon, bahan pembersih lantai, sepatu, sandal

 

  • Urtikaria

Tampilan urtikaria atau yang lebih terkenal dengan istilah biduran adalah bengkak dan kemerahan yang disertai rasa gatal pada kulit. Bila dipegang kulit juga terasa hangat. Pemicu urtikaria adalah udara atau suhu yang dingin, makanan, debu, ataupun obat.

  1. Gejala alergi pada saluran napas

Cukup banyak keluhan pada saluran pernapasan yang dapat muncul karena reaksi alergi. Pada hidung gejalanya hidung tersumbat sehingga anak napas lewat mulut, sering bersin-bersin, atau pilek.

Batuk berulang juga perlu diwaspadai sebagai reaksi alergi. Sesak napas, asma, napas berbunyi  (mengi) juga dapat timbul karena alergi.

  1. Gejala alergi pada saluran pencernaan

Orang tua banyak yang tak mengira bahwa gejala pada saluran pencernaan dapat pula merupakan reaksi alergi. Keluhan kembung, nyeri perut, mual, muntah, diare berulang, atau justru sembelit dapat terjadi akibat alergi.

Diare yang disertai darah juga dapat timbul karena alergi. Gejala BAB berdarah sering disalahartikan sebagai penyakit disentri.

  1. Reaksi Anafilaksis

Anafilaksis adalah reaksi alergi yang paling ditakuti. Karena gejalanya berat dan muncul dalam waktu yang cepat setelah terpapar alergen.

Penanganan yang cepat dan tepat oleh tenaga medis di tempat yang fasilitasnya memadai sangat penting karena gejala ini dapat mengancam nyawa.

Sebagai orang tua yang paling penting adalah mengenali gejalanya dan waspada terutama bila anaknya tergolong berisiko tinggi terhadap alergi.

Berikut ini adalah gejala yang harus anda waspadai:

  1. Gatal-gatal atau kemerahan di seluruh tubuh
  2. Napas sesak atau napas yang berbunyi
  3. Bibir dan wajah tampak bengkak
  4. Bibir berwarna kebiruan disertai napas yang cepat
  5. Suara tiba-tiba serak atau menghilang secara mendadak
  6. Muntah atau diare yang terus menerus
  7. Tangan dan kaki dingin
  8. Penurunan kesadaran (pingsan)

Reaksi anafilaksis dapat terjadi akibat berbagai alergen seperti debu, hewan peliharaan, makanan, atau obat. Bila gejala ini tampak pada anak anda, segera ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan yang tepat.

Pemicu Alergi Pada Anak

Setelah mengetahui gejala apa saja yang bisa timbul akibat alergi, selanjutnya kita perlu mengenali apa saja yang sering memicu alergi pada anak-anak.

Zat yang memicu alergi tidak harus sama dengan zat yang menimbulkan alergi pada orang tuanya. Yang menurun dari orang tua adalah kecenderungan alerginya bukan jenis alergennya.

Mari kita perhatikan apa saja yang dapat menimbulkan alergi pada anak:

  1. Makanan

Ini merupakan jenis alergen yang paling sering memicu alergi. Dari penelitian komponen yang memicu alergi makanan adalah protein.

Sehingga tak heran bila jenis makanan yang sering membuat alergi adalah makanan atau minuman yang berprotein tinggi.

Ini adalah daftar makanan yang dapat memicu alergi

  1. Susu Sapi termasuk produk olahannya seperti yoghurt dan keju
  2. Kacang termasuk di dalamnya kacang kedelai, kacang tanah, dan kacang pohon seperti kacang mede, pistasio, dan kacang kenari.
  3. Gandum
  4. Telur terutama bagian putih telur yang kaya akan protein
  5. Ikan laut seperti tuna, cod, atau salmon. Jenis ikan laut lainnya juga dapat memicu alergi.
  6. Cokelat
  7. Seafood seperti udang, kerang, kepiting, atau lobster.
  8. Daging ayam
  9. Tomat

Jika anak anda tergolong tinggi risiko alerginya, pada saat memberikan MP ASI perlu perhatian khusus. Dianjurkan memberikan 1 jenis makanan setiap kali makan, sehingga bila muncul reaksi alergi akan lebih mudah untuk diketahui pemicunya.

Bila telah diketahui jenis makanan yang memicu alergi sebaiknya dihindari dan dicarikan jenis makanan pengganti agar anak tetap memperoleh zat gizi yang cukup.

Alergi susu sapi pada bayi dapat disiasati dengan memberikan susu kedelai (soya) atau susu yang terhidrolisa baik yang terhidrolisa sebagian atau sempurna.

  1. Debu, tungau, serbuk sari, dan jamur

Ini adalah kelompok alergen yang bersumber dari lingkungan sekitar anak. Alergen ini terhirup saat bernapas dan menimbulkan reaksi alergi.

Gejala yang sering timbul karena alergi debu adalah pada saluran pernapasan dan kulit. Komponen lain yang juga dapat menimbulkan reaksi alergi adalah bulu hewan peliharaan, parfum, dan asap rokok.

  1. Dingin

Pemicu alergi dingin adalah suhu yang dingin, cuaca yang berangin dan lembab, ataupun makanan dan minuman yang dingin. Alergi cuaca sering kambuh karena pemicunya sulit dihindari.

Gejala yang muncul adalah urtikaria atau pembengkakan pada area rongga mulut bila pemicunya adalah makanan/minuman dingin.

  1. Obat

Seperti alergen yang lain, biasanya reaksi alergi muncul tidak pada saat pertama anak diberikan obat tertentu. Bisa jadi awalnya tidak timbul masalah tapi pada pemberian obat yang kesekian muncul reaksi alergi.

Idealnya segera kembali ke dokter yang memberikan terapi untuk ditelusuri jenis obat yang memicu alergi dan diberikan obat jenis lain yang fungsinya sama.

Kenali obat yang memicu alergi, dan sampaikan kepada dokter pada saat anak berobat, agar dokter tidak meresepkan jenis obat tersebut.

Alergi antibiotik termasuk yang sering terjadi.

Dampak Buruk Alergi Pada Anak

Cukup banyak ternyata gejala dan sumber alergi pada anak. Orang tua harus dapat mengenali gejala-gejala ini.

Konsultasikan dengan dokter untuk memastikan diagnosanya. Bilamana perlu dokter juga dapat merekomendasikan pemeriksaan khusus untuk memastikan diagnosa alergi pada anak anda.

Berikan terapi sesuai petunjuk dokter dan lakukan upaya-upaya untuk mencegah alergi anak anda kambuh. Selain itu orang tua juga perlu mengetahui dampak alergi pada anak sehingga dapat mengantisipasi dengan tepat.

Dampak alergi pada anak dapat berupa:

  1. Asupan nutrisi terganggu

Ini terjadi pada kasus alergi makanan. Anak dengan alergi susu sapi biasanya kurang Vit D.

Ganti susu dengan susu kedelai atau susu formula khusus sesuai rekomendasi dokter.

Anda juga dapat memberikan daging sapi, daging unggas, ikan, atau sereal yang dilengkapi dengan pro Vit D. Telur mengandung vitamin A, D, E, B12, zat besi, asam folat, dan kaya protein.

Bila anak alergi telur dapat diganti dengan daging sapi/kambing/unggas, susu, kacang-kacangan, dan sayuran hijau.

  1. Pertumbuhan dan perkembangan terganggu

Hal ini terjadi terutama pada bayi. Bila bayi sering mengalami gangguan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangannya rentan terganggu.

Gangguan pertumbuhan juga dapat terjadi pada anak dengan keluhan muntah atau diare yang berulang. Konsultasikan dengan dokter yang kompeten agar gejala alergi dapat teratasi dengan baik dan tidak sering kambuh.

  1. Kualitas hidup terganggu

Gejala alergi dapat mengganggu di saat anak seharusnya beristirahat/tidur. Keluhan gatal, hidung tersumbat, pilek dan batuk membuat anak tidak dapat tidur nyenyak, sering terbangun, atau gelisah saat tidur.

Hal ini dapat membuat anak lesu, mudah lelah, atau sulit konsentrasi pada pelajaran di sekolah. Bila gejala alergi cukup berat, terkadang anak terpaksa harus absen dari sekolah.

  1. Dampak psikologis

Pada anak usia sekolah, gejala alergi dapat mengganggu anak secara psikologis misal merasa malu karena gejala alergi pada kulitnya, anak tidak dapat beraktifitas secara normal dengan teman-temannya karena sibuk menggaruk bagian tubuh yang gatal.

Hidung yang sering tersumbat dan pilek atau batuk yang berulang bisa mengganggu konsentrasi belajar anak usia sekolah.

Sebagian anak yang alergi makanan bisa menunjukkan reaksi kecemasan karena tidak dapat bebas mengkonsumsi makanan seperti teman-temannya.

Hal ini terutama terjadi pada anak-anak yang alergi terhadap beberapa (lebih dari dua) jenis makanan.

Mengatasi masalah alergi pada anak harus menyeluruh. Tak hanya mengatasi gejalanya dengan minum obat, namun harus cermat mengamati apa saja faktor pemicunya.

Menjaga anak dari paparan alergennya akan mencegah kekambuhan dan meningkatkan kualitas hidup anak.

Waspadai dampak fisik dan psikis anak akibat gangguan alergi yang dideritanya.

Bilamana perlu konsultasikan dengan ahlinya agar masalah fisik dan psikis anak dapat diterapi dengan baik.

Dengan penanganan yang tepat anak anda akan dapat tumbuh, berkembang, dan ceria sekalipun memiliki bakat alergi.

Disclaimer:

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. Kami sangat menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.