Alergi Pada Bayi – Apa yang Harus Ibu Ketahui?

Alergi Pada Bayi – Apa yang Harus Ibu Ketahui

Bagaimana Alergi Pada Bayi Dapat Terjadi?

Alergi pada bayi seringkali menyebabkan ibu-ibu muda kebingungan karena mengganggu kesehatan bayi-bayi mereka. Bayi memang memiliki resiko yang sangat besar rentan terhadap semua kondisi lingkungan di sekitar mereka.

Makanan / minuman yang dikonsumsi, cuaca, debu, gigitan serangga, dan segala hal yang bersentuhan dengan kulit bayi bisa menimbulkan keluhan karena alergi. Seorang ibu pasti khawatir bahkan panik bila bayinya rewel, timbul ruam, atau gejala – gejala alergi yang lain.

Apa sebenarnya alergi itu? Apakah setiap bayi pasti mengalaminya? Bagaimana ibu mengetahui bahwa anaknya menderita alergi dan bagaimana mengatasinya? Dan masih banyak lagi pertanyaan terkait alergi yang ada di benak seorang ibu.

Rasa ingin tahu seperti ini sangat penting karena pada dasarnya ibu adalah orang yang terdekat dengan bayi. Seorang ibu harus paham apa saja gangguan kesehatan yang sering terjadi pada bayi agar dapat mengambil tindakan yang tepat.

Alergi merupakan masalah kesehatan yang unik karena terjadi akibat sistem kekebalan tubuh yang menyimpang dari normal. Sistem kekebalan tubuh seharusnya bereaksi bila ada substansi yang berbahaya masuk ke dalam tubuh seperti virus atau bakteri.

Namun pada anak yang berbakat alergi reaksi ini muncul melawan substansi yang sebenarnya tidak berbahaya bagi tubuh seperti jenis makanan tertentu, debu, atau dingin.

Pernahkah ibu mendengar tentang imunoglobulin E (IgE)? Pembahasan tentang alergi tak bisa lepas dari IgE sebagai komponen kekebalan tubuh yang berperan dalam timbulnya beragam gejala alergi.

Zat yang memicu alergi disebut sebagai alergen. Pada saat bayi untuk pertama kalinya mengkonsumsi susu formula umumnya tidak akan terjadi keluhan. Setelah beberapa kali diminum secara berkala tubuh bayi mulai membentuk IgE yang spesifik atau khusus untuk protein pada susu formula.

Alergi susu formula pada bayi muncul saat protein dalam susu formula menempel pada IgE spesifik yang telah terbentuk. Menyatunya alergen dan IgE yang spesifik tadi selanjutnya membuat mast cell melepas histamin yaitu zat yang memicu gejala alergi.

Faktor yang Mempengaruhi Alergi Pada Bayi

Berdasarkan penelitian dan analisa data, kejadian alergi mengalami peningkatan. Hal ini diduga akibat perubahan pola hidup, meningkatnya polusi lingkungan, atau zat-zat adiktif dalam makanan.

Sekarang ibu telah mengetahui apa itu alergi dan mekanisme yang memicu munculnya gejala alergi. Tidak semua bayi akan mengalaminya.

Ada faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya alergi pada bayi.

  1. Faktor Genetik

Banyak bukti yang menjelaskan bahwa faktor genetik atau keturunan memiliki hubungan yang erat dengan terjadinya alergi pada bayi.

Bahkan para ahli telah menemukan beberapa gen yang dianggap bertanggung jawab terhadap terjadinya alergi, ini menunjukkan bahwa sifat atopi (bakat alergi) diturunkan dari orang tua ke anaknya.

Penelitian terhadap kasus alergi terhadap kacang menunjukkan data bahwa anak yang lahir dari orang tua dengan riwayat alergi kacang, ternyata memiliki risiko mengalami alergi kacang 7 kali lipat daripada kelompok anak yang orang tuanya tidak memiliki riwayat alergi kacang.

Bila orang tua punya riwayat alergi secara umum risiko seorang anak mengalami alergi meningkat 2-4 kali lipat.

Risiko ini juga lebih tinggi bila riwayat alergi ada pada ibu daripada bila ayah. Risiko juga otomatis meningkat bila kedua orang tua memiliki riwayat alergi.

Jenis alergen pada anak tidak selalu sama dengan orang tuanya. Jadi yang diturunkan disini adalah sifat alerginya bukan jenis alergen yang memicunya.

  1. Faktor Cara Lahir

Bayi yang dilahirkan secara caesar memiliki risiko alergi lebih tinggi dibandingkan bayi yang lahir secara normal. Diduga paparan mikroorganisme yang ada di jalan lahir (vagina) berperan memperkuat sistem kekebalan tubuh bayi.

Dari penelitian peningkatan risiko terhadap alergi pada bayi yang lahir secara caesar bisa mencapai 5 kali lipat dibandingkan bayi yang lahir secara normal.

  1. Pemberian ASI

Bayi yang mendapat ASI ekslusif memiliki risiko alergi lebih rendah. ASI telah terbukti memiliki banyak manfaat bagi bayi yang tidak bisa tergantikan dengan susu formula.

Pemberian susu formula justru dapat memicu alergi susu sapi ataupun mengakibatkan gangguan intoleransi laktosa.

Ibu yang sedang menyusui dianjurkan menghindari konsumsi makanan yang berpotensi memicu alergi. Hal ini juga diduga turut menurunkan risiko terjadinya alergi pada bayi.

Mengenal Ciri-Ciri Alergi Pada Bayi

Selanjutnya ibu juga harus mengetahui apa saja tanda alergi pada bayi.

Secara umum ada 4 macam alergi yang sering terjadi pada bayi yaitu: eksim, papular urtikaria, bintik-bintik merah pada kulit, dan alergi makanan. Mari kita bahas satu persatu.

Eksim

Eksim adalah keluhan pada kulit yang paling sering kita lihat pada bayi. Eksim atau dermatitis memiliki beberapa tipe, namun dermatitis/eksim atopik adalah yang paling banyak kasusnya. Eksim atopik terutama diderita bayi yang memiliki riwayat alergi pada keluarga.

Ibu dapat menjumpai benjolan merah berukuran kecil atau kulit bayi tampak kering. Lokasi timbulnya ruam memiliki perbedaan terkait usia bayi.

Pada bayi berusia < 6 bulan ruam terutama akan tampak di area wajah, dahi, dan kepala. Sementara bayi usia 6-12 bulan, ruamnya sering terlihat pada area siku dan lutut.

Papular Urtikaria

Orang lebih mengenalnya sebagai alergi akibat gigitan serangga seperti nyamuk, kutu, dan lain-lain. Gejala yang tampak berupa benjolan berwarna kemerahan. Benjolan ini bisa bertahan selama beberapa hari bahkan minggu.

Papular urtikaria lebih banyak terjadi pada anak-anak usia 2-6 tahun. Namun bisa juga terjadi pada bayi terutama pada bayi yang lahir prematur (usia kehamilan <37 minggu).

Pada bayi prematur sebagian besar organ belum berkembang sempurna termasuk kulit, sehingga lebih rentan terhadap lingkungan.

Alergi dingin pada bayi juga dapat memicu gejala ini.

Bintik Merah Pada Kulit

Bintik merah yang muncul bisa bervariasi, warnanya bisa merah muda atau merah, ukuran serta bentuknya juga beragam. Lokasi bisa di seluruh area tubuh maupun berkelompok. Bintik yang timbul disertai rasa gatal.

Pemicunya seringkali dari bahan-bahan yang kontak langsung dengan kulit bayi seperti sabun, shampo, bedak, bahkan detergen yang digunakan untuk mencuci baju bayi juga bisa menimbulkan reaksi alergi.

Ibu harus berhati-hati saat memilih produk perawatan kulit bayi dan detergen untuk mencuci pakaian bayi. Pilih produk yang hypoallergenic atau yang risiko memicu alerginya rendah.

Alergi Makanan

Gejala alergi makanan dapat melibatkan berbagai organ seperti kulit, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan. Pada kulit dapat muncul gejala berupa bintik-bintik merah, ruam, atau biduran.

Bersin-bersin, batuk, sesak napas, napas berbunyi, pilek, atau nyeri tenggorokan adalah gejala pada saluran pernapasan. Sementara pada saluran pencernaan bisa timbul keluhan kembung, muntah, sembelit, diare, hingga buang air besar berdarah.

Gejala alergi makanan dapat terjadi saat bayi mengkonsumsi jenis makanan atau minuman tertentu. Alergi pada bayi ASI tetap bisa terjadi bila ibu mengkonsumsi makanan atau minuman yang memicu alergi.

Sehingga pada bayi yang memiliki riwayat alergi pada keluarga, ibu perlu berhati-hati dan menghindari jenis makanan yang tinggi potensinya untuk menimbulkan reaksi alergi.

Pemicu Alergi Makanan Pada Bayi

Makanan apa saja yang dapat memicu alergi? Di negara barat kacang dan susu adalah pemicu alergi yang paling sering pada anak-anak. Sementara sebuah penelitian di Indonesia memperoleh data bahwa susu dan tepung terigu (gandum) adalah penyumbang angka terbesar sebagai pemicu alergi pada anak-anak.

Pada dasarnya semua jenis makanan dapat bertindak sebagai alergen, namun ada beberapa jenis makanan yang potensinya lebih besar. Berikut ini adalah daftar makanan penyebab alergi pada bayi:

  1. Tomat

Banyak orang tua yang belum sadar bahwa ternyata tomat juga dapat menimbulkan gejala alergi. Data menunjukkan sekitar 5,9% anak sensitif terhadap tomat.

  1. Cokelat

Protein yang terdapat dalam cokelat dapat bertindak sebagai alergen dan memicu reaksi alergi.

  1. Kacang kedelai

Kacang kedelai juga mengandung protein yang dapat menimbulkan gejala alergi. Selain dalam bentuk kacangnya, alergi juga dapat muncul bila mengkonsumsi saus atau minyak kedelai.

  1. Tepung terigu

Gandum sebagai bahan pokok tepung terigu dapat memicu alergi. Gejala alergi bisa timbul saat menkonsumsi produk yang dibuat dari tepung terigu seperti kue atau roti.

  1. Telur

Dalam telur terdapat komponen putih telur dan kuning telur. Putih telur yang kandungan utamanya adalah protein memiliki potensi yang lebih besar menimbulkan gejala alergi.

Alergi telur pada bayi cukup merepotkan karena telur tergolong sumber protein yang mudah didapat.

  1. Susu Sapi

Merupakan pemicu alergi yang paling sering pada bayi dan anak-anak. Alergi susu formula pada bayi, selain memerlukan penanganan terhadap gejala alerginya juga memerlukan produk susu pengganti.

Biasanya dianjurkan mengganti susu formula dengan susu soya (kedelai) atau susu sapi yang telah dihidrolisa proteinnya.

Sebagian besar alergi susu sapi pada bayi bisa hilang seiring bertambahnya usia. Sekitar usia 2 tahun penderita alergi susus sapi berkurang 28%, di usia 4 tahun berkurang sebanyak 56%, dan 78% anak di usia 6 tahun sudah tidak mengalami alergi saat minum susu sapi.

  1. Kacang-kacangan

Baik kacang tanah maupun kacang pohon seperti pistasio, kacang mede, atau kenari dapat memicu alergi.

  1. Daging Ayam

Sering diberikan sebagai sumber protein bagi bayi, sehingga ibu harus cermat mengamati apakah timbul reaksi alergi setelah anak mengkonsumsinya.

  1. Ikan Laut

Tuna dan salmon adalah jenis yang sering memicu alergi, namun tak menutup kemungkinan jenis ikan yang lain juga memicu alergi.

  1. Seafood

Kerang, kepiting, udang, dan lobster adalah jenis yang banyak memicu alergi.

Bagaimana Mengatasi Alergi Pada Bayi?

Topik selanjutnya yang harus diketahui oleh para ibu adalah bagaimana mewaspadai kemungkinan alergi dan cara mengatasi alergi pada bayi. Hal ini sangat penting karena ibu adalah orang terdekat dengan bayi.

Pengetahuan yang benar akan membuat ibu siap dan tidak panik bila bayinya menunjukkan reaksi alergi.

  1. Waspada riwayat alergi pada keluarga

Bila ada riwayat alergi pada orang tua ibu harus waspada akan risiko terjadinya gejala alergi. Risiko akan lebih besar bila riwayat alergi ada pada ibu atau kedua orang tua sama-sama menderita alergi.

  1. Waspada risiko dari bayi

Bayi yang lahir sebelum saatnya (prematur), kulitnya lebih rentan terhadap lingkungan. Pilih sabun, shampo, lotion, dan detergen yang hypoallergenic. Bayi yang lahir melalui operasi Caesar juga lebih rentan mengalami gejala alergi.

  1. Hindari paparan alergen

Alergen yang sering memicu alergi pada bayi adalah debu, makanan, atau hewan peliharaan.

Bila bayi anda menunjukkan alergi terhadap debu, bersihkan lingkungan di sekitar bayi dengan seksama. Idealnya menggunakan vacuum cleaner atau lap basah. Hindari kemoceng karena justru membuat debu beterbangan.

Jaga bayi dari paparan asap rokok. Hindari memberikan makanan atau minuman yang memicu alergi. Bagi ibu menyusui juga sebaiknya menjaga diri dari mengkonsumsi makanan yang memicu alergi karena dapat berpengaruh pada bayi melalui ASI.

Mengatasi alergi pada bayi yang sensitif terhadap susu sapi adalah dengan mensubstitusi susu formula dengan susu soya (kedelai) atau susu yang terhidrolisa.

  1. Berikan ASI Ekslusif

Memberikan ASI eksklusif tidak hanya ekonomis dan membuat hubungan ibu dan bayi makin dekat, namun kandungan ASI terbukti unggul dan dapat mencegah terjadinya reaksi alergi.

  1. Mempersiapkan MP ASI dengan tepat

Setelah ASI eksklusif, ibu harus mempersiapkan MP ASI yang tepat. Pada bayi yang berisiko alergi perlu cara khusus untuk medeteksi dan selanjutnya mencegah munculnya alergi karena makanan.

Tahap awal berikan MP ASI yang rendah risiko alerginya dan cukup satu rasa. Mulai dengan sereal yang kaya zat besi, lanjutkan dengan sayur dan buah-buahan.

Amati apakah bayi alergi terhadap tomat. Selanjutnya berikan daging dan telur. Kacang-kacangan diberikan dalam bentuk yang sudah dihaluskan untuk mencegah bayi anda tersedak.

Berikan jeda setiap memberikan satu jenis makanan dengan jenis makanan lainnya agar ibu dapat menentukan bahan apa yang memicu alergi pada bayi.

Reaksi alergi seringkali tidak terjadi pada pemberian yang pertama, namun setelah beberapa kali mengkonsumsi jenis makanan tertentu baru tubuh merespon dengan reaksi alergi.

  1. Mengatasi gejala alergi

Bila bayi mengalami gejala sebagaimana dijelaskan di atas, ibu sebaiknya segera konsultasi dengan dokter yang kompeten untuk memastikan diagnosa alergi dan mendapat terapi yang tepat.

Pastikan ibu paham benar mengenai dosis dan cara memberikan obat alergi dari dokter. Ingat obat alergi yang diresepkan dokter hanya meredakan gejalanya saja. Ibu tetap harus menjaga agar bayi tidak terpapar alergen yang memicu alerginya.

  1. Waspadai gejala alergi yang hebat / reaksi anafilaksis

Gejala muntah-muntah yang sering dan banyak, bengkak pada wajah dan bibir, atau bayi tampak sesak atau sulit bernapas merupakan beberapa gejala dari reaksi alergi yang berat.

Segera bawa bayi anda ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Reaksi anafilaksis yang tidak ditangani dengan tepat dan cepat dapat mengancam nyawa.

Menjadi seorang ibu memang sangat membahagiakan sekaligus memiliki beban yang tak ringan. Bayi sangat rentan akan berbagai masalah kesehatan.

Seorang ibu harus membekali dirinya dengan berbagai pengetahuan penting terkait perawatan bayi. Salah satu masalah kesehatan yang sering mengganggu bayi adalah masalah alergi. Pahami apa itu alergi dan kenali faktor risiko yang mungkin ada pada bayi anda.

Waspadai keluhan yang dialami bayi karena bisa jadi keluhan itu merupakan reaksi alergi. Bilamana perlu konsultasikan lebih lanjut pada dokter yang kompeten.

Dokter akan membantu mengumpulkan data dan melakukan pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa alergi. Bilamana perlu dokter akan menyarankan pemeriksaan khusus terkait alergi.

Dengan pengetahuan yang cukup ibu bisa menghadapi alergi pada bayi dengan tepat.

Disclaimer:

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. Kami sangat menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Alergi Makanan – Bagaimana Mengenali dan Mengatasinya

Alergi Makanan – Bagaimana Mengenali dan Mengatasinya

Bagaimana Alergi Makanan Terjadi?

Alergi makanan adalah salah satu jenis penyakit alergi yang cukup banyak kasusnya. Sebagian penderitanya dapat dengan mudah mengenalinya, namun tak jarang yang kesulitan menemukan makanan apa yang memicu reaksi alergi pada tubuhnya.

Gejala dari alergi makanan juga beragam, sehingga kadang sulit mengenali bahwa gangguan kesehatan tersebut terjadi akibat reaksi alergi makanan.

Agar dapat mendeteksi dan mengatasi keluhan – keluhan yang terjadi akibat reaksi alergi maka kita harus mengenal lebih jauh hal – hal yang terkait dengan alergi. Reaksi alergi sendiri merupakan suatu yang unik.

Alergi sering juga dikatakan sebagai reaksi hipersensitifitas atau reaksi tubuh yang berlebihan terhadap suatu zat. Selanjutnya zat yang dapat memicu munculnya gejala alergi disebut sebagai alergen.

Makna secara bahasa, alergi merupakan gabungan dua kata dalam bahasa Yunani yaitu Allos dan Argon. Allos berarti sesuatu yang lain atau berbeda sedangkan kata Argon bermakna reaksi. Gabungan dua kata ini berarti reaksi yang berbeda atau reaksi yang tidak biasa.

Lebih lengkapnya alergi didefinisikan sebagai reaksi kekebalan tubuh kita yang menyimpang dari normal serta menimbulkan gejala – gejala yang merugikan kita.

Dalam sistem kekebalan kita Imunoglobulin E (IgE) adalah komponen yang memegang peranan penting dalam munculnya reaksi alergi. IgE sendiri menempel pada mast cell yang terdapat pada banyak jaringan di tubuh kita.

Saat alergen masuk ke dalam tubuh kita, ia akan menempel pada IgE yang spesifik terhadap alergen tersebut. Proses ini membuat mast cell akan melepaskan histamin. Substansi histamin inilah yang menghasilkan beragam gejala alergi.

Makanan yang Sering Memicu Reaksi Alergi

Dalam alergi makanan yang menjadi alergen adalah makanan. Dimana seseorang yang memiliki bakat atau riwayat alergi, akan mengalami gejala alergi bila mengkonsumsi jenis makanan tertentu.

Secara teori semua jenis makanan dapat bertindak sebagai alergen atau menimbulkan alergi, namun ada beberapa jenis bahan makanan yang sering atau besar potensinya menimbulkan gejala alergi seperti:

  1. Telur

Telur ayam, bebek, puyuh semua dapat memicu munculnya gejala alergi, terutama bagian putih telurnya.

  1. Susu

Susu sapi dan kambing dapat menimbulkan alergi. Susu adalah pemicu tersering pada kasus alergi makanan pada bayi.

  1. Kacang tanah

Protein yang tinggi pada kacang tanah cukup sering menimbulkan gejala alergi.

  1. Gandum

Gandum adalah bahan baku dari tepung terigu. Reaksi alergi dapat muncul bila kita mengkonsumsi produk olahannya seperti roti atau sereal.

  1. Kacang kedelai

Kasus tersering muncul setelah mengkonsumsi susu kedelai. Namun reaksi alergi juga dapat muncul setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung protein kedelai seperti saus kedelai atau minyak kedelai.

  1. Kacang pohon

Contoh kacang pohon adalah pistasio, kenari, dan kacang mede.

  1. Ikan terutama ikan laut

Ikan tuna, cod, salmon adalah jenis yang sering memicu reaksi alergi.

  1. Seafood

Alergi makanan laut adalah reaksi alergi yang populer di kalangan masyarakat. Kerang, udang, lobster, dan kepiting adalah jenis makanan yang terkenal sebagai pemicu gejala alergi pada anak-anak bahkan sampai usia dewasa.

Faktor Risiko Terjadinya Alergi Makanan

Setelah mengetahui jenis makanan apa saja yang sering memicu timbulnya reaksi alergi, selanjutnya kita perlu memahami apa saja faktor yang meningkatkan risiko terjadinya reaksi alergi.

Apa yang membuat seseorang mengalami alergi makanan sementara orang lain aman-aman saja mengkonsumsi segala macam makanan.

  1. Memiliki riwayat alergi selain alergi makanan

Jika anda memiliki riwayat alergi debu atau punya riwayat asma, risiko anda untuk mengalami alergi makanan lebih tinggi dibandingkan orang lain yang tidak memiliki riwayat alergi apapun.

Pada dasarnya mekanisme alergi untuk berbagai alergen adalah sama, sehingga bila anda memiliki kecenderungan alergi seringkali gejala alergi dapat dipicu oleh lebih dari satu macam alergen

  1. Memiliki keluarga yang punya riwayat alergi

Faktor genetika terbukti memiliki hubungan dengan gangguan alergi.

Bila anggota keluarga dekat anda yaitu orang tua atau saudara kandung anda memiliki riwayat alergi seperti asma, eksim, atau biduran maka potensi anda memiliki alergi terhadap makanan tertentu menjadi lebih besar.

Berikut ini prosentase risiko seorang anak mengalami alergi berdasarkan riwayat alergi pada orang tuanya. Bila ayah dan ibu keduanya memiliki riwayat alergi maka risiko anak berbakat alergi adalah 40-80%. Bila salah satu dari orang tua mengalami alergi maka risikonya 20-40%.

Pada anak yang kedua orang tuanya tidak memiliki riwayat alergi masih bisa mengalami gejala alergi namun risikonya hanya sekitar 5-15%. Bila terdapat saudara kandung yang memiliki riwayat alergi maka risiko seseorang mengalami alergi 20-30%

  1. Faktor usia

Bayi dan balita lebih rentan mengalami gejala alergi makanan dibandingkan kelompok usia yang lain. Hal ini diduga terkait erat dengan masih rendahnya selektifitas penyerapan makanan pada saluran cerna bayi dan balita.

Inilah alasan mengapa gangguan alergi makanan pada anak adalah hal sering membuat orang tua membawa anaknya konsultasi ke dokter. Sebagian besar kasus bayi atau anak yang mengalami alergi makanan akan berangsur menghilang saat beranjak dewasa.

Terdapat juga kasus dimana setelah menghilang, alergi terhadap makanan tertentu dapat kambuh saat dewasa. Hal ini biasanya terjadi pada alergi seafood seperti udang, kepiting, atau lobster.

Namun pada kasus alergi makanan yang parah atau sering kambuh dapat bertahan sampai penderitanya dewasa.

Ciri-Ciri Alergi Makanan

Kita telah mengenal sedikitnya 8 jenis makanan yang paling sering menimbulkan reaksi alergi yaitu telur, susu, kacang tanah, kacang kedelai, kacang pohon (pistasio, kacang mede, dan kenari), gandum, ikan, serta seafood.

Kita juga telah belajar bahwa faktor riwayat alergi baik pada penderita maupun pada keluarga dekat meningkatkan risiko terjadinya alergi makanan. Dan yang paling penting adalah fakta bahwa gangguan alergi makanan sering terjadi pada usia bayi dan balita.

Peran orang tua sangat penting untuk mengantisipasi, mengenali, dan mengambil tindakan yang tepat bila anak mereka mengalami alergi makanan. Berikut ini adalah ciri alergi makanan yang dapat muncul pada seseorang:

  1. Gejala alergi makanan pada kulit

Setelah mengkonsumsi makanan pencetus alergi, dapat timbul keluhan pada kulit seperti:

  1. bintik – bintik berwarna merah yang sekilas mirip seperti bekas gigitan nyamuk
  2. ruam kulit yang terasa gatal (sering juga disebut eksim atau dalam istilah medis disebut sebagai dermatitis atopik)
  3. pembengkakan atau bentol (biduran)

 

  1. Gejala alergi pada saluran pernapasan

Alergi makanan juga dapat menimbulkan keluhan pada saluran pernapasan seperti bersin-bersin, pilek, nyeri tenggorokan, batuk, sesak napas, atau napas berbunyi (mengi/asma).

Bila anak sering atau mudah batuk pilek perlu dievaluasi lebih lanjut apakah keluhan ini merupakan manifestasi dari alergi makanan. Bila bibir dan lidah tampak sangat bengkak hingga anak tampak sulit bernapas segera bawa ke rumah sakit agar dapat ditangani dengan cepat dan tepat.

  1. Gejala alergi pada saluran pencernaan

Pada anak-anak, ada tiga faktor yang memicu reaksi alergi di saluran pencernaan yaitu faktor genetika (keturunan), saluran cerna yang belum matang (imaturitas usus), dan paparan alergen (makanan pemicu alergi). Gejalanya dapat berupa:

  1. Diare yang kambuh – kambuhan atau hilang timbul
  2. Diare yang disertai darah dan lendir (kadang-kadang dianggap sebagai gejala disentri)
  3. Perut kembung dan muntah
  4. Kolik pada bayi dimana bayi rewel dan terus menangis tanpa sebab yang jelas
  5. Anak yang lebih besar dapat mengeluhkan rasa nyeri pada perutnya
  6. Bila gejala alergi cukup berat dan berlangsung dalam waktu lama bisa mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

 

  1. Gejala pada sirkulasi darah

Gejala alergi pada sirkulasi darah umumnya merupakan reaksi alergi yang berat seperti kulit tampak pucat, tangan dan kaki dingin, kesadaran terganggu (pingsan).

Kondisi ini memerlukan penanganan yang cepat dan tepat oleh tenaga medis di fasilitas yang memadai. Segera bawa penderita ke rumah sakit.

Bila gejala – gejala di atas muncul tak lama setelah mengkonsumsi jenis makanan atau minuman tertentu mungkin mudah bagi kita mengenalinya sebagai alergi makanan. Namun kadang-kadang tak semudah itu.

Sebagian reaksi alergi lambat muncul sehingga sulit dipastikan apa jenis alergennya. Hal ini karena perbedaan mekanisme dalam tubuh yang memicu gejala alergi.

Tips Mendeteksi Alergi Makanan Pada Anak

Reaksi alergi dapat muncul karena IgE, non IgE, atau gabungan dari keduanya. Reaksi terkait IgE gejalanya muncul tak lama setelah konsumsi alergen makanan tertentu biasanya berupa ruam atau biduran pada kulit.

Reaksi non IgE biasanya muncul berjam-jam setelah paparan alergen, gejalanya bisa berupa kulit yang kering, pecah-pecah dan gatal. Bila mekanisme alergi melibatkan IgE dan non IgE maka gejala yang tampak adalah kombinasi dari keduanya.

Berikut ini adalah tips mendeteksi alergi makanan.

  1. Deteksi melalui riwayat alergi dalam keluarga

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa faktor genetika erat kaitannya dengan gangguan alergi termasuk alergi terhadap makanan. Pada anak yang orang tuanya tidak pernah mengalami reaksi alergi memiliki risiko terhadap alergi 5-15%.

Risiko ini meningkat jadi 20-40% bila salah satu orang tuanya memiliki riwayat alergi. Bila kedua orang tua mengidap alergi, risikonya bisa 40-80%. Sementara bila ada saudara kandung yang mengidap alergi risikonya sekitar 20-30%.

  1. Deteksi saat janin masih dalam kandungan

Teorinya deteksi dini alergi dapat dilakukan semenjak janin masih dalam rahim ibu. Hal ini  masih terus diteliti secara mendalam oleh para ahli.

Dalam sebuah jurnal yang disampaikan di World Allergy Organization Journal (2009), menerangkan bahwa kontak terhadap zat alergen tertentu pada saat hamil bisa memicu respon imun pada anak yang dikandungnya.

Perubahan gerakan janin dalam rahim  juga diduga mempunyai kaitan dengan risiko timbulnya alergi setelah lahir.

Bila gerakan janin dalam rahim dirasakan sangat meningkat terutama pada malam hingga pagi hari waspadai sebagai pertanda risiko munculnya alergi di kemudian hari.

  1. Deteksi di usia batita

Cermati apakah gejala-gejala alergi sering dialami oleh anak atau tidak. Umumnya keluhan yang dirasakan beragam. Misal napas grok-grok saat bayi, riwayat kolik, atau kulit bayi yang sensitif sehingga sering tampak bintik merah atau bisul di pipi, telinga, atau ruam popok. Anak sering bersin, pilek, dan batuk terutama malam dan pagi hari.

  1. Deteksi dengan pemeriksaan khusus

Bila dengan cara di atas masih sulit untuk mencari penyebab alergi, dokter akan merekomendasikan beberapa pilihan pemeriksaan untuk memastikan apakah seseorang menderita alergi dan apa jenis alergennya.

Silahkan berkonsultasi dengan dokter yang kompeten untuk menentukan tes mana yang akan anda jalani.

  1. Eliminasi Makanan

Tes ini dilakukan dengan cara menghindari suatu jenis makanan yang diduga kuat sebagai alergen dalam jangka waktu 2-6 minggu.

Bila keluhan yang dirasakan reda secara signifikan, kemungkinan besar jenis makanan tersebut adalah pemicu gejala alergi anda.

  1. Tes Tusuk (Skin Prick Test)

Pada tes ini permukaan kulit lengan bawah akan ditetesi aneka ekstrak alergen baik yang dihirup seperti debu, serbuk bunga, tungau maupun alergen berupa bahan makanan yaitu susu, seafood, kacang, dan lain-lain.

Pada bagian kulit yang ditetesi cairan alergen ditusuk atau dicukit dengan jarum khusus agar cairan masuk ke dalam tubuh. Hasil tes ini dapat diketahui secara cepat yaitu sekitar 15-20 menit.

Bila muncul reaksi seperti kemerahan, gatal, atau bengkak maka disimpulkan anda alergi terhadap alergen yang diteteskan

  1. Uji Intradermal

Tes ini prinsipnya mirip dengan SPT namun dengan cara menyuntikkan alergen 0,02-0,03 ml secara intradermal, hingga terbentuk tonjolan sebesar 3 mm. Hasilnya dapat dibaca 15-20 menit setelah penyuntikan.

Hasil dinyatakan positif jika tonjolan ukurannya bertambah 3 mm dari semula atau ada kemerahan di sekitar tonjolan.

  1. Tes darah

Tes ini dapat dijadikan alternatif bila penderita tidak dapat menjalani Skin Prick Test. Harganya lebih mahal namun hasilnya tak berbeda jauh dengan SPT.

Terdapat juga tes darah yang memberi informasi kadar antibodi alergi atau imunoglobulin di dalam darah, jika hasilnya tinggi maka penguat diagnosis alergi.

  1. Uji Tempel Kulit (Patch Test)

Tes ini bertujuan menilai reaksi alergi tipe lambat. Dalam tes ini, tubuh kita ditempel denganjenis alergen tertentu sealam 2-3 hari. Setelah itu dilakukan pengamatan terhadap reaksi yang muncul.

Bagaimana Mencegah Alergi Makanan Pada Anak Kambuh?

Bila telah diketahui jenis makanan yang bertindak sebagai alergen, jenis makanan ini harus dihindari agar gejala alergi tidak kambuh. Pada sebagian kasus, diperlukan pengaturan pola makan dan jenis makanan yang yang dikonsumsi.

Sebagai contoh bayi yang alergi terhadap susu sapi perlu menggantinya misal dengan susu soya (kedelai). Gejala alergi susu dapat muncul saat minum susu murni ataupun mengkonsumsi produk olahan dari susu seperti es krim, keju , atau kue.

Bila sulit untuk dihindari atau alergi masih juga kambuh, anda dapat menggunakan terapi medis. Ingat, hingga saat ini belum berhasil ditemukan obat yang mampu menghilangkan alergi.

Obat alergi yang tersedia adalah obat yang memiliki manfaat meredakan gejala alergi yang muncul. Sudah barang tentu penggunaan obat-obatan harus sesuai dengan petunjuk dokter.

Apalagi penderita alergi makanan sebagian besar adalah bayi dan batita. Perlu diingat anak bukanlah orang dewasa dalam ukuran yang kecil. Sehingga obat yang digunakan harus disesuaikan dengan mekanisme tubuh anak-anak.

Pastikan anda memahami cara pemberian dan dosis dari obat yang diresepkan oleh dokter anda. Simpan obat-obatan di tempat yang aman jauh dari jangkauan anak-anak.

Salah satu obat yang sering disarankan dokter untuk mengatasi gejala alergi adalah obat golongan anti histamin. Obat ini mengatasi gejala dengan cara menekan kerja histamin. Diphenhydramin, Chlorpheneramine, dan Cetirizine adalah contoh obat golongan antihistamin.

Reaksinya cukup cepat namun sebagian jenis obat golongan ini memiliki efek samping sedasi atau membuat ngantuk. Selama mengkonsumsi obat golongan antihistamin jangan mengemudikan kendaraan atau mengoperasikan mesin.

Alergi ini sering merepotkan penderitanya, kenali gejalanya, hindari pemicunya, dan atasi gejala alergi makanan yang anda alami dengan tepat.

Disclaimer:

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. Kami sangat menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.