Bagaimana Alergi Susu Sapi Dapat Terjadi?
Alergi susu sapi tidak jarang muncul pada bayi dan anak-anak sehingga seringkali membuat para orang tua menjadi cemas menghadapinya. Hal tersebut karena kebanyakan orang tua menjadikan susu sebagai nutrisi pokok untuk bayi mereka.
Orang tua akan sangat khawatir bila bayi atau anaknya yang masih kecil harus mengalami beragam keluhan akibat alergi.
Terkait kasus alergi susu sapi pada bayi, selain mengkhawatirkan gejala yang muncul, mereka juga harus membuat perencanaan diet bagi anaknya agar kebutuhan nutrisinya tetap terpenuhi walaupun tidak bisa mengkonsumsi susu sapi.
Banyak pertanyaan yang muncul bila kita membahas tentang keluhan alergi. Apa sebenarnya yang terjadi di dalam tubuh saat alergi menyerang? Mengapa ada orang yang alergi terhadap bahan makanan tertentu, sementara yang lain tidak? Bagaimana caranya agar alergi tidak kambuh – kambuhan? Apa obat alergi yang paling ampuh?
Untuk dapat menjawabnya kita perlu pengetahuan yang lengkap tentang alergi.
Kata alergi memang telah akrab di telinga kita, namun tak semua tahu definisi sebenarnya dari alergi. Kata alergi diambil dari bahasa Yunani. Merupakan gabungan dari dua kata yaitu Allos yang artinya lain atau sesuatu yang berbeda, dan Argon yang bermakna reaksi.
Arti singkat dari alergi adalah reaksi yang lain atau tak biasa. Definisi lebih detail tentang alergi adalah reaksi kekebalan tubuh seseorang yang menyimpang/berubah dari biasanya dan menimbulkan gejala yang merugikan.
Sistem kekebalan tubuh kita ibarat balatentara yang bertugas menjaga kita dari hal-hal yang dapat membahayakan tubuh seperti virus atau bakteri. Bila ada virus atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh, maka pasukan khusus dalam sistem kekebalan tubuh kita akan melawannya.
Dalam proses alergi, yang dianggap musuh sebenarnya bukan substansi yang berbahaya. Namun oleh sistem kekebalan tubuh yang telah berubah atau menyimpang zat tersebut dianggap berbahaya.
Zat yang memicu terjadinya gejala alergi disebut sebagai alergen. Pada alergi terhadap susu sapi yang bertindak sebagai alergen adalah protein yang terkandung dalam susu sapi.
Protein yang semestinya adalah nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh dianggap sebagai sustansi yang berbahaya. Akibatnya seseorang yang menderita alergi susu sapi akan mengalami berbagai keluhan atau gejala bila mengkonsumsi susu sapi.
Gejala tidak hanya dapat muncul saat minum susu sapi, namun juga bila mengkonsumsi produk olahan dari susu sapi seperti permen nougat, cokelat batangan atau cair, mentega, puding, es krim, yoghurt, dan keju.
Komponen dalam sistem kekebalan tubuh kita yang berperan memicu reaksi alergi adalah Imunoglobulin E (IgE). Imunoglobulin E ada pada mast cell yang ada di banyak jaringan tubuh.
Saat ada alergen masuk ke dalam tubuh, ia akan menempel pada IgE yang spesifik. IgE yang spesifik untuk susu sapi belum ada saat bayi pertama kali minum susu sapi.
Setelah beberapa kali mengkonsumsi susu sapi secara berkala maka IgE yang spesifik untuk susu sapi mulai terbentuk.
Klasifikasi Gejala Klinis Alergi Susu Sapi
Pada tahap ini susu sapi menjelma menjadi alergen bagi tubuh. Bersatunya alergen dengan IgM yang spesifik ini selanjutnya akan membuat mast cell melepaskan histamin. Akibatnya akan muncul beragam gejala alergi akibat aksi dari histamin di dalam tubuh.
Secara klinis gejala alergi dapat dibagi 3 berdasarkan kecepatan munculnya reaksi setelah terjadi paparan alergen:
- Reaksi Cepat
Gejala alergi susu sapi dikatagorikan sebagai reaksi cepat bila muncul 45 menit setelah mengkonsumsi susu sapi. Gejala yang dapat terlihat antara lain:
- Bintik – bintik merah pada kulit yang disertai rasa gatal, bayi tampak rewel atau berusaha menggaruk area dimana muncul bintik merah.
- Keluhan pada saluran napas seperti bersin – bersin, hidung tampak merah dan gatal, atau napas yang berbunyi.
- Keluhan merah dan gatal pada mata.
- Reaksi Sedang
Alergi susu dikatakan reaksi sedang bila gejala dirasakan dalam rentang waktu 45 menit sampai 20 jam setelah minum susu sapi. Gejala reaksi sedang bisa berupa muntah atau diare.
- Reaksi Lambat
Bila gejalanya baru tampak lebih dari 20 jam setelah minum susu digolongkan dalam reaksi lambat. Umumnya bayi atau anak mengalami diare atau justru konstipasi (sulit BAB) atau bisa juga muncul dermatitis atau eksim.
Gejala dan Ciri-Ciri Alergi Susu Sapi
Reaksi sedang atau lambat, seringkali membuat orang tua tidak menyadari bahwa gejala yang dialami anaknya bersumber dari alergi terhadap susu sapi yang dikonsumsinya.
Untuk itu para orang tua selayaknya harus memahami serba serbi alergi. Mengetahui apa saja gejala yang dapat timbul akibat reaksi alergi dan mewaspadai gejala alergi yang berat dimana anak harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan yang cepat dan tepat.
Gejala yang muncul bisa jadi berbeda pada masing-masing anak. Berikut ini adalah gejala yang dapat muncul pada anak yang menderita alergi susu sapi.
- Gejala yang muncul dalam hitungan menit setelah mengkonsumsi susu sapi adalah
- Rasa gatal atau rasa seperti disengat di sekitar mulut dan bibir
- Bengkak pada bibir, lidah, atau amandel
- Batuk
- Muntah
- Napas yang disertai bunyi (biasa disebut mengi/bengek)
- Sesak napas
- Gejala yang muncul dalam hitungan beberapa jam setelah mengkonsumsi susu sapi adalah
- Ruam pada kulit
- Muntah
- Diare
- Gejala yang baru muncul keesokan harinya adalah
- Ruam dan gatal di sekitar mulut
- Eksim
- Diare, kadang disertai darah sehingga sering disalah artikan sebagai disentri
- Kram perut
- Kolik pada bayi (bayi rewel dan menangis tanpa henti tanpa sebab yang jelas)
- Reaksi Anafilaksis
Merupakan gejala alergi yang ditakuti karena bila tidak segera memperoleh penanganan yang tepat dapat mengancam nyawa. Reaksi anafilaksis menyebabkan penyempitan pada saluran pernapasan sehingga anak sulit bernapas.
Waspadai bila setelah minum susu, wajah anak memerah dan mengeluh gatal pada sekujur tubuh, napas sesak, dan kesadaran turun atau pingsan. Segera bawa anak anda untuk segera ditangani dengan cepat di IGD rumah sakit.
Faktor Risiko Terjadinya Alergi Susu Sapi
Selanjutnya orang tua juga perlu mengetahui faktor apa yang membuat seorang anak sensitif terhadap protein dari susu sapi. Ini penting agar orang tua dapat memprediksi risiko alergi susu sapi pada anaknya.
Berikut ini faktor yang berperan membuat seorang anak memiliki sifat alergi termasuk pada susu sapi.
- Riwayat alergi pada anggota keluarga.
Seorang anak dengan anggota keluarga penderita alergi memiliki kans lebih besar untuk mengalami gejala alergi dari pada anak yang tidak memiliki riwayat alergi pada anggota keluarganya.
Makin banyak anggota keluarga yang berbakat alergi risikonya juga makin besar. Misal anak dengan riwayat alergi pada kedua orang tuanya memiliki risiko alergi 40-80% sementara anak dengan riwayat alergi hanya pada salah satu orang tuanya risikonya lebih rendah yaitu sekitar 20-40%.
- Riwayat dermatitis atopik
Anak yang kulitnya gampang merah dan menderita eksim yang kronis pada beberapa bagian tubuhnya umumnya berisiko lebih tinggi untuk mengalami gejala alergi terhadap beragam alergen.
Lokasi eksim yang khas untuk kasus alergi pada anak adalah di area lipatan kulit seperti siku dan lutut, pipi, dahi, punggung kaki dan leher.
Bila gejala ini ada pada anak anda waspadai kemungkinan ia mengalami alergi saat minum susu sapi atau makan produk olahan dari susu sapi.
- Riwayat alergi terhadap hal lain selain susu sapi
Anak yang memiliki riwayat asma atau alergi terhadap debu dan dingin, berpotensi lebih besar untuk mengalami gejala alergi terhadap susu sapi daripada anak yang tak memiliki riwayat alergi.
Pada dasarnya mekanisme terjadinya alergi dalam tubuh sama untuk berbagai jenis alergen. Sehingga anak yang menunjukkan gejala alergi terhadap suatu jenis alergen kemungkinan besar juga sensitif terhadap jenis alergen yang lain.
- Faktor usia
Alergi terhadap susu sapi lebih sering terjadi saat bayi dan anak-anak. Jarang terjadi pada orang dewasa.
Sebuah studi mengemukakan bahwa 80% alergi susu sapi dijumpai pada usia <16 tahun. Hal ini dikaitkan dengan belum sempurnanya sistem pencernaan pada bayi dan anak-anak.
Seiring bertambahnya usia, gejala alergi terhadap susu sapi berangsur membaik bahkan hilang.
Lalu apakah ini berarti alergi susu sapi bisa sembuh? Sebenarnya kata sembuh tidak tepat untuk kasus alergi karena gangguan ini didasari oleh sifat atopi (berbakat alergi) yang dibawa oleh seseorang seumur hidupnya.
Namun dari hasil pengamatan ternyata sebagian anak alergi makanan tertentu saat dewasa tidak lagi menunjukkan gejala alergi.
Dijelaskan dalam Bishop JM, Hill DJ, Hosking CS (1990) Natural history of cow milk allergy: clinical outcome J Pediatr116(6):862-7 alergi susu sapi pada bayi bisa hilang pada usia 2 tahun sekitar 28%, di usia 4 tahun 56%, dan 78% anak di usia 6 tahun sudah tak memperlihatkan gejala alergi susu sapi lagi.
Bagaimana Memastikan Alergi Susu Sapi Pada Bayi?
Bagaimana cara yang akurat mengetahui seseorang memiliki alergi susu sapi?
Berikut ini adalah cara untuk memastikan bayi atau anak anda alergi terhadap susu sapi dan produk olahannya.
- Data riwayat alergi
Perlu data yang akurat mengenai riwayat alergi pada anggota keluarga seperti kakek/nenek, orang tua dan saudara kandung. Bila ada riwayat alergi pada keluarga dekat, maka kuat dugaan gejala yang dialami seseorang merupakan manifestasi alergi.
Riwayat alergi selain susu sapi pada yang bersangkutan. Bila seorang anak sebelumnya juga menunjukkan reaksi alergi terhadap paparan debu, dingin, ataupun makanan jenis lain, risikonya memiliki sifat alergi terhadap susu juga meningkat.
Selain menanyakan keluhan apa saja yang pernah dialami, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memastikan apakah gejala tersebut mengarah pada alergi atau bukan, terutama gejala yang tampak pada kulit.
- Data makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi
Dokter bisa membantu menyusun data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait makanan dan minuman yang dikonsumsi.
Bila disimpulkan adanya kemungkinan susu sapi sebagai alergen, dokter mungkin akan menyarankan uji eliminasi makanan yaitu tidak mengkonsumsi susu sapi dan produk olahannya selama 2-6 minggu untuk melihat reaksi tubuh.
Bila gejala yang muncul hilang setelah menghindari konsumsi susu, kuat dugaan ini adalah gejala alergi susu sapi.
- Tes alergi
Pemeriksaan darah terkait alergi diantaranya tes jumlah IgE dalam darah, bila nilainya melebihi angka normal, menunjukkan seseorang memang berbakat alergi.
Dokter juga mungkin akan menganjurkan tes kulit dimana pada kulit penderita ditusuk dengan alat khusus agar cairan yang mengandung protein susu dapat masuk ke dalam kulit.
Bila dalam pengamatan muncul benjolan yang kemerahan dan terasa gatal di area tersebut, maka disimpulkan yang bersangkutan memang alergi terhadap susu sapi.
Cara Mengatasi Alergi Susu Sapi Pada Bayi
Bila telah ditegakkan diagnosa alergi susu sapi maka perlu penanganan yang tepat agar gejalanya tidak kambuh lagi.
Sayangnya sampai saat ini belum ada satu obat medispun yang diklaim dapat menghilangkan alergi. Dokter dapat memberikan obat untuk mengatasi keluhan yang muncul, namun bila pasien kembali mengkonsumsi susu sapi dan produk olahannya maka keluhannya akan kambuh lagi.
Berikut ini adalah upaya yang dapat kita lakukan agar gejala alergi tidak kambuh.
- Memberikan ASI Eksklusif
Memberikan ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan selain memenuhi kebutuhan nutrisi juga mencegah bayi mengalami gejala alergi pada susu sapi.
- Menghindari Pemberian Susu Sapi
Bila tidak ada protein susu sapi yang masuk ke dalam tubuh maka otomatis gejala alergi tidak akan kambuh. Namun seringkali ini sulit dilakukan dengan sempurna karena susu dan produk olahannya terdapat dalam banyak makanan.
Cara mengatasi alergi susu sapi pada bayi yang tidak memperoleh ASI, yaitu dengan mencari alternatif pengganti susu sapi seperti susu yang protein sapinya telah dihirolisa protein dipecahkan ke dalam partikel kecil sehingga kecil kemungkinannya untuk memicu alergi, sehingga hipoalergenik (rendah potensi alerginya) atau susu kedelai.
Alergi Susu Sapi vs Intoleransi Laktosa
Berbicara mengenai alergi terhadap susu sapi, kita harus membedakannya dengan intoleransi laktosa. Keduanya disebabkan oleh susu sapi namun berbeda mekanismenya.
Alergi susu sebagaimana telah dijabarkan di atas terkait mekanisme kekebalan tubuh yang abnormal dimana tubuh menganggap protein yang ada dalam susu sebagai substansi yang berbahaya.
Sementara intoleransi laktosa terkait dengan ketidakmampuan sistem pencernaan dalam mencerna komponen laktosa dalam susu.
Gejala alergi bisa meliputi banyak organ seperti kulit (seperti pada alergi dingin), saluran pernapasan, saluran pencernaan, atau mata. Sementara pada intoleransi laktosa, keluhan yang muncul hanya di sistem pencernaan yaitu nyeri perut, kembung, atau diare.
Bila gejala yang muncul hanya melibatkan saluran cerna dan tidak riwayat alergi lain pada keluarga, maka diagnosanya lebih condong kepada intoleransi laktosa.
Pada anak dengan gejala alergi, menghindari susu dan produk olahannya penting untuk mencegah kambuhnya gejala. Namun pada kasus intoleransi laktosa, tidak dianjurkan untuk menghentikan konsumsi susu.
Penderita intoleransi laktosa disarankan untuk minum susu dalam jumlah yang sedikit untuk mengontrol jumlah laktosa yang harus dicerna tubuh.
Bila pada alergi susu, produk olahan seperti susu atau yoghurt juga memicu gejala, tidak demikian halnya pada intoleransi laktosa.
Produk olahan susu seperti keju atau yoghurt mengandung laktosa lebih sedikit dibanding susu sapi karena telah mengalami proses fermentasi.
Pengetahuan tentang alergi terhadap susu perlu dipahami oleh para orang tua ataupun calon orang tua yang memiliki riwayat alergi. Bila muncul keluhan pada bayi atau anaknya mereka perlu memikirkan kemungkinan faktor alergi sebagai pemicunya.
Gejala yang ada bisa reda dengan obat-obatan namun bila alergennya tidak dihindari maka keluhannya akan hilang timbul dan berpotensi mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan informasi yang tepat, kita dapat mengatasi gejala alergi susu sapi.
Disclaimer:
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. Kami sangat menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.