Bagaimana Alergi Pada Bayi Dapat Terjadi?
Alergi pada bayi seringkali menyebabkan ibu-ibu muda kebingungan karena mengganggu kesehatan bayi-bayi mereka. Bayi memang memiliki resiko yang sangat besar rentan terhadap semua kondisi lingkungan di sekitar mereka.
Makanan / minuman yang dikonsumsi, cuaca, debu, gigitan serangga, dan segala hal yang bersentuhan dengan kulit bayi bisa menimbulkan keluhan karena alergi. Seorang ibu pasti khawatir bahkan panik bila bayinya rewel, timbul ruam, atau gejala – gejala alergi yang lain.
Apa sebenarnya alergi itu? Apakah setiap bayi pasti mengalaminya? Bagaimana ibu mengetahui bahwa anaknya menderita alergi dan bagaimana mengatasinya? Dan masih banyak lagi pertanyaan terkait alergi yang ada di benak seorang ibu.
Rasa ingin tahu seperti ini sangat penting karena pada dasarnya ibu adalah orang yang terdekat dengan bayi. Seorang ibu harus paham apa saja gangguan kesehatan yang sering terjadi pada bayi agar dapat mengambil tindakan yang tepat.
Alergi merupakan masalah kesehatan yang unik karena terjadi akibat sistem kekebalan tubuh yang menyimpang dari normal. Sistem kekebalan tubuh seharusnya bereaksi bila ada substansi yang berbahaya masuk ke dalam tubuh seperti virus atau bakteri.
Namun pada anak yang berbakat alergi reaksi ini muncul melawan substansi yang sebenarnya tidak berbahaya bagi tubuh seperti jenis makanan tertentu, debu, atau dingin.
Pernahkah ibu mendengar tentang imunoglobulin E (IgE)? Pembahasan tentang alergi tak bisa lepas dari IgE sebagai komponen kekebalan tubuh yang berperan dalam timbulnya beragam gejala alergi.
Zat yang memicu alergi disebut sebagai alergen. Pada saat bayi untuk pertama kalinya mengkonsumsi susu formula umumnya tidak akan terjadi keluhan. Setelah beberapa kali diminum secara berkala tubuh bayi mulai membentuk IgE yang spesifik atau khusus untuk protein pada susu formula.
Alergi susu formula pada bayi muncul saat protein dalam susu formula menempel pada IgE spesifik yang telah terbentuk. Menyatunya alergen dan IgE yang spesifik tadi selanjutnya membuat mast cell melepas histamin yaitu zat yang memicu gejala alergi.
Faktor yang Mempengaruhi Alergi Pada Bayi
Berdasarkan penelitian dan analisa data, kejadian alergi mengalami peningkatan. Hal ini diduga akibat perubahan pola hidup, meningkatnya polusi lingkungan, atau zat-zat adiktif dalam makanan.
Sekarang ibu telah mengetahui apa itu alergi dan mekanisme yang memicu munculnya gejala alergi. Tidak semua bayi akan mengalaminya.
Ada faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya alergi pada bayi.
- Faktor Genetik
Banyak bukti yang menjelaskan bahwa faktor genetik atau keturunan memiliki hubungan yang erat dengan terjadinya alergi pada bayi.
Bahkan para ahli telah menemukan beberapa gen yang dianggap bertanggung jawab terhadap terjadinya alergi, ini menunjukkan bahwa sifat atopi (bakat alergi) diturunkan dari orang tua ke anaknya.
Penelitian terhadap kasus alergi terhadap kacang menunjukkan data bahwa anak yang lahir dari orang tua dengan riwayat alergi kacang, ternyata memiliki risiko mengalami alergi kacang 7 kali lipat daripada kelompok anak yang orang tuanya tidak memiliki riwayat alergi kacang.
Bila orang tua punya riwayat alergi secara umum risiko seorang anak mengalami alergi meningkat 2-4 kali lipat.
Risiko ini juga lebih tinggi bila riwayat alergi ada pada ibu daripada bila ayah. Risiko juga otomatis meningkat bila kedua orang tua memiliki riwayat alergi.
Jenis alergen pada anak tidak selalu sama dengan orang tuanya. Jadi yang diturunkan disini adalah sifat alerginya bukan jenis alergen yang memicunya.
- Faktor Cara Lahir
Bayi yang dilahirkan secara caesar memiliki risiko alergi lebih tinggi dibandingkan bayi yang lahir secara normal. Diduga paparan mikroorganisme yang ada di jalan lahir (vagina) berperan memperkuat sistem kekebalan tubuh bayi.
Dari penelitian peningkatan risiko terhadap alergi pada bayi yang lahir secara caesar bisa mencapai 5 kali lipat dibandingkan bayi yang lahir secara normal.
- Pemberian ASI
Bayi yang mendapat ASI ekslusif memiliki risiko alergi lebih rendah. ASI telah terbukti memiliki banyak manfaat bagi bayi yang tidak bisa tergantikan dengan susu formula.
Pemberian susu formula justru dapat memicu alergi susu sapi ataupun mengakibatkan gangguan intoleransi laktosa.
Ibu yang sedang menyusui dianjurkan menghindari konsumsi makanan yang berpotensi memicu alergi. Hal ini juga diduga turut menurunkan risiko terjadinya alergi pada bayi.
Mengenal Ciri-Ciri Alergi Pada Bayi
Selanjutnya ibu juga harus mengetahui apa saja tanda alergi pada bayi.
Secara umum ada 4 macam alergi yang sering terjadi pada bayi yaitu: eksim, papular urtikaria, bintik-bintik merah pada kulit, dan alergi makanan. Mari kita bahas satu persatu.
Eksim
Eksim adalah keluhan pada kulit yang paling sering kita lihat pada bayi. Eksim atau dermatitis memiliki beberapa tipe, namun dermatitis/eksim atopik adalah yang paling banyak kasusnya. Eksim atopik terutama diderita bayi yang memiliki riwayat alergi pada keluarga.
Ibu dapat menjumpai benjolan merah berukuran kecil atau kulit bayi tampak kering. Lokasi timbulnya ruam memiliki perbedaan terkait usia bayi.
Pada bayi berusia < 6 bulan ruam terutama akan tampak di area wajah, dahi, dan kepala. Sementara bayi usia 6-12 bulan, ruamnya sering terlihat pada area siku dan lutut.
Papular Urtikaria
Orang lebih mengenalnya sebagai alergi akibat gigitan serangga seperti nyamuk, kutu, dan lain-lain. Gejala yang tampak berupa benjolan berwarna kemerahan. Benjolan ini bisa bertahan selama beberapa hari bahkan minggu.
Papular urtikaria lebih banyak terjadi pada anak-anak usia 2-6 tahun. Namun bisa juga terjadi pada bayi terutama pada bayi yang lahir prematur (usia kehamilan <37 minggu).
Pada bayi prematur sebagian besar organ belum berkembang sempurna termasuk kulit, sehingga lebih rentan terhadap lingkungan.
Alergi dingin pada bayi juga dapat memicu gejala ini.
Bintik Merah Pada Kulit
Bintik merah yang muncul bisa bervariasi, warnanya bisa merah muda atau merah, ukuran serta bentuknya juga beragam. Lokasi bisa di seluruh area tubuh maupun berkelompok. Bintik yang timbul disertai rasa gatal.
Pemicunya seringkali dari bahan-bahan yang kontak langsung dengan kulit bayi seperti sabun, shampo, bedak, bahkan detergen yang digunakan untuk mencuci baju bayi juga bisa menimbulkan reaksi alergi.
Ibu harus berhati-hati saat memilih produk perawatan kulit bayi dan detergen untuk mencuci pakaian bayi. Pilih produk yang hypoallergenic atau yang risiko memicu alerginya rendah.
Alergi Makanan
Gejala alergi makanan dapat melibatkan berbagai organ seperti kulit, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan. Pada kulit dapat muncul gejala berupa bintik-bintik merah, ruam, atau biduran.
Bersin-bersin, batuk, sesak napas, napas berbunyi, pilek, atau nyeri tenggorokan adalah gejala pada saluran pernapasan. Sementara pada saluran pencernaan bisa timbul keluhan kembung, muntah, sembelit, diare, hingga buang air besar berdarah.
Gejala alergi makanan dapat terjadi saat bayi mengkonsumsi jenis makanan atau minuman tertentu. Alergi pada bayi ASI tetap bisa terjadi bila ibu mengkonsumsi makanan atau minuman yang memicu alergi.
Sehingga pada bayi yang memiliki riwayat alergi pada keluarga, ibu perlu berhati-hati dan menghindari jenis makanan yang tinggi potensinya untuk menimbulkan reaksi alergi.
Pemicu Alergi Makanan Pada Bayi
Makanan apa saja yang dapat memicu alergi? Di negara barat kacang dan susu adalah pemicu alergi yang paling sering pada anak-anak. Sementara sebuah penelitian di Indonesia memperoleh data bahwa susu dan tepung terigu (gandum) adalah penyumbang angka terbesar sebagai pemicu alergi pada anak-anak.
Pada dasarnya semua jenis makanan dapat bertindak sebagai alergen, namun ada beberapa jenis makanan yang potensinya lebih besar. Berikut ini adalah daftar makanan penyebab alergi pada bayi:
- Tomat
Banyak orang tua yang belum sadar bahwa ternyata tomat juga dapat menimbulkan gejala alergi. Data menunjukkan sekitar 5,9% anak sensitif terhadap tomat.
- Cokelat
Protein yang terdapat dalam cokelat dapat bertindak sebagai alergen dan memicu reaksi alergi.
- Kacang kedelai
Kacang kedelai juga mengandung protein yang dapat menimbulkan gejala alergi. Selain dalam bentuk kacangnya, alergi juga dapat muncul bila mengkonsumsi saus atau minyak kedelai.
- Tepung terigu
Gandum sebagai bahan pokok tepung terigu dapat memicu alergi. Gejala alergi bisa timbul saat menkonsumsi produk yang dibuat dari tepung terigu seperti kue atau roti.
- Telur
Dalam telur terdapat komponen putih telur dan kuning telur. Putih telur yang kandungan utamanya adalah protein memiliki potensi yang lebih besar menimbulkan gejala alergi.
Alergi telur pada bayi cukup merepotkan karena telur tergolong sumber protein yang mudah didapat.
- Susu Sapi
Merupakan pemicu alergi yang paling sering pada bayi dan anak-anak. Alergi susu formula pada bayi, selain memerlukan penanganan terhadap gejala alerginya juga memerlukan produk susu pengganti.
Biasanya dianjurkan mengganti susu formula dengan susu soya (kedelai) atau susu sapi yang telah dihidrolisa proteinnya.
Sebagian besar alergi susu sapi pada bayi bisa hilang seiring bertambahnya usia. Sekitar usia 2 tahun penderita alergi susus sapi berkurang 28%, di usia 4 tahun berkurang sebanyak 56%, dan 78% anak di usia 6 tahun sudah tidak mengalami alergi saat minum susu sapi.
- Kacang-kacangan
Baik kacang tanah maupun kacang pohon seperti pistasio, kacang mede, atau kenari dapat memicu alergi.
- Daging Ayam
Sering diberikan sebagai sumber protein bagi bayi, sehingga ibu harus cermat mengamati apakah timbul reaksi alergi setelah anak mengkonsumsinya.
- Ikan Laut
Tuna dan salmon adalah jenis yang sering memicu alergi, namun tak menutup kemungkinan jenis ikan yang lain juga memicu alergi.
- Seafood
Kerang, kepiting, udang, dan lobster adalah jenis yang banyak memicu alergi.
Bagaimana Mengatasi Alergi Pada Bayi?
Topik selanjutnya yang harus diketahui oleh para ibu adalah bagaimana mewaspadai kemungkinan alergi dan cara mengatasi alergi pada bayi. Hal ini sangat penting karena ibu adalah orang terdekat dengan bayi.
Pengetahuan yang benar akan membuat ibu siap dan tidak panik bila bayinya menunjukkan reaksi alergi.
- Waspada riwayat alergi pada keluarga
Bila ada riwayat alergi pada orang tua ibu harus waspada akan risiko terjadinya gejala alergi. Risiko akan lebih besar bila riwayat alergi ada pada ibu atau kedua orang tua sama-sama menderita alergi.
- Waspada risiko dari bayi
Bayi yang lahir sebelum saatnya (prematur), kulitnya lebih rentan terhadap lingkungan. Pilih sabun, shampo, lotion, dan detergen yang hypoallergenic. Bayi yang lahir melalui operasi Caesar juga lebih rentan mengalami gejala alergi.
- Hindari paparan alergen
Alergen yang sering memicu alergi pada bayi adalah debu, makanan, atau hewan peliharaan.
Bila bayi anda menunjukkan alergi terhadap debu, bersihkan lingkungan di sekitar bayi dengan seksama. Idealnya menggunakan vacuum cleaner atau lap basah. Hindari kemoceng karena justru membuat debu beterbangan.
Jaga bayi dari paparan asap rokok. Hindari memberikan makanan atau minuman yang memicu alergi. Bagi ibu menyusui juga sebaiknya menjaga diri dari mengkonsumsi makanan yang memicu alergi karena dapat berpengaruh pada bayi melalui ASI.
Mengatasi alergi pada bayi yang sensitif terhadap susu sapi adalah dengan mensubstitusi susu formula dengan susu soya (kedelai) atau susu yang terhidrolisa.
- Berikan ASI Ekslusif
Memberikan ASI eksklusif tidak hanya ekonomis dan membuat hubungan ibu dan bayi makin dekat, namun kandungan ASI terbukti unggul dan dapat mencegah terjadinya reaksi alergi.
- Mempersiapkan MP ASI dengan tepat
Setelah ASI eksklusif, ibu harus mempersiapkan MP ASI yang tepat. Pada bayi yang berisiko alergi perlu cara khusus untuk medeteksi dan selanjutnya mencegah munculnya alergi karena makanan.
Tahap awal berikan MP ASI yang rendah risiko alerginya dan cukup satu rasa. Mulai dengan sereal yang kaya zat besi, lanjutkan dengan sayur dan buah-buahan.
Amati apakah bayi alergi terhadap tomat. Selanjutnya berikan daging dan telur. Kacang-kacangan diberikan dalam bentuk yang sudah dihaluskan untuk mencegah bayi anda tersedak.
Berikan jeda setiap memberikan satu jenis makanan dengan jenis makanan lainnya agar ibu dapat menentukan bahan apa yang memicu alergi pada bayi.
Reaksi alergi seringkali tidak terjadi pada pemberian yang pertama, namun setelah beberapa kali mengkonsumsi jenis makanan tertentu baru tubuh merespon dengan reaksi alergi.
- Mengatasi gejala alergi
Bila bayi mengalami gejala sebagaimana dijelaskan di atas, ibu sebaiknya segera konsultasi dengan dokter yang kompeten untuk memastikan diagnosa alergi dan mendapat terapi yang tepat.
Pastikan ibu paham benar mengenai dosis dan cara memberikan obat alergi dari dokter. Ingat obat alergi yang diresepkan dokter hanya meredakan gejalanya saja. Ibu tetap harus menjaga agar bayi tidak terpapar alergen yang memicu alerginya.
- Waspadai gejala alergi yang hebat / reaksi anafilaksis
Gejala muntah-muntah yang sering dan banyak, bengkak pada wajah dan bibir, atau bayi tampak sesak atau sulit bernapas merupakan beberapa gejala dari reaksi alergi yang berat.
Segera bawa bayi anda ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Reaksi anafilaksis yang tidak ditangani dengan tepat dan cepat dapat mengancam nyawa.
Menjadi seorang ibu memang sangat membahagiakan sekaligus memiliki beban yang tak ringan. Bayi sangat rentan akan berbagai masalah kesehatan.
Seorang ibu harus membekali dirinya dengan berbagai pengetahuan penting terkait perawatan bayi. Salah satu masalah kesehatan yang sering mengganggu bayi adalah masalah alergi. Pahami apa itu alergi dan kenali faktor risiko yang mungkin ada pada bayi anda.
Waspadai keluhan yang dialami bayi karena bisa jadi keluhan itu merupakan reaksi alergi. Bilamana perlu konsultasikan lebih lanjut pada dokter yang kompeten.
Dokter akan membantu mengumpulkan data dan melakukan pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa alergi. Bilamana perlu dokter akan menyarankan pemeriksaan khusus terkait alergi.
Dengan pengetahuan yang cukup ibu bisa menghadapi alergi pada bayi dengan tepat.
Disclaimer:
Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. Kami sangat menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.